Ketika Arkeolog dan Geolog Kompak Buktikan Jejak Kita di Bumi

Para arkeolog kini bergabung dengan geolog untuk mendefinisikan Anthropocene, sebuah zaman geologi baru yang dipicu oleh aktivitas manusia. 


Para arkeolog kini bergabung dengan geolog untuk mendefinisikan Anthropocene, sebuah zaman geologi baru yang dipicu oleh aktivitas manusia.     Gambar ilustrasi dibuat oleh AIGambar ilustrasi dibuat oleh AI


Ringkasan:

  • Anthropocene adalah usulan zaman geologi baru yang ditandai oleh dampak aktivitas manusia terhadap planet.
  • Para ilmuwan masih berdebat kapan tepatnya Anthropocene dimulai — dari era pertanian awal hingga ledakan industri modern.
  • Konsep baru seperti technosphere (massa benda buatan manusia) kini digunakan untuk menilai dampak kita secara fisik terhadap Bumi.


DALAM skala waktu geologi, umur manusia tergolong sangat muda. Planet ini telah ada sekitar 4,6 miliar tahun, dan kehidupan kompleks baru muncul sekitar 500 juta tahun lalu. 


Manusia modern sendiri baru eksis sekitar 7 juta tahun terakhir, dengan perkembangan signifikan selama periode Kuarter, terutama sejak zaman es berakhir sekitar 11.650 tahun lalu yang menandai awal Holosen — zaman saat ini.


Namun, dengan pesatnya dampak manusia terhadap lingkungan, banyak ilmuwan mengusulkan bahwa kita telah memasuki zaman baru, Anthropocene atau “Zaman Manusia”. 


Ide ini sedang dikaji oleh Anthropocene Working Group (AWG) yang bertugas menentukan apakah jejak manusia cukup kuat secara geologis untuk mendefinisikan zaman baru.


Tantangannya? Menentukan kapan tepatnya zaman ini dimulai. Beberapa ilmuwan berargumen bahwa perubahan sudah dimulai puluhan ribu tahun lalu, saat manusia mulai memburu hewan besar dan mengubah lanskap. 


Lalu datang pertanian, peternakan, kota pertama, dan teknologi metalurgi yang mempercepat perubahan lingkungan.


Namun, dampak paling kentara muncul sejak revolusi industri 200 tahun lalu—dan makin mencolok setelah tahun 1950, era yang disebut “The Great Acceleration”. 


Di masa ini, karbon, plastik, bahan kimia, dan limbah manusia mulai meninggalkan tanda jelas di seluruh permukaan Bumi.


Sayangnya, pada Maret 2024, International Union of Geological Sciences (IUGS) menolak secara resmi memasukkan Anthropocene ke dalam skala waktu geologi. 


Salah satu alasannya, usia zaman ini terlalu singkat dibandingkan zaman geologi lain yang biasanya berlangsung jutaan tahun.


Meskipun demikian, jejak manusia kini tak terbantahkan. Konsep technosphere menjadi kunci baru — yakni seluruh benda buatan manusia seperti gedung, jalan, mesin, bahkan gadget dan sampahnya, yang kini sudah menyatu dengan sistem Bumi. 


Menurut perhitungan ilmuwan Jan Zalasiewicz dkk pada 2016, massa technosphere mencapai 30 triliun ton, melebihi biomassa tanaman dan hewan yang kita domestikasi.


Technosphere ini bukan cuma fisik. Ia juga mencakup sistem sosial dan budaya yang mendukung fungsinya: dari proses teknologi seperti memompa air, menanam, hingga aktivitas manusia seperti menonton TV atau mengisi formulir pajak.


Semua itu bagian dari sistem global yang kita ciptakan dan sekaligus kita jalani.


Seiring waktu, benda-benda buatan manusia seperti jarum suntik, baterai, hingga puing-puing perang dan limbah mikroplastik akan menjadi technofossils, penanda zaman buatan manusia yang akan dipelajari oleh arkeolog masa depan. 


Mereka akan membaca sejarah kita dari sampah yang kita tinggalkan.


Apa pun hasil akhirnya, jelas bahwa manusia telah mengubah planet ini secara signifikan. Anthropocene mungkin belum resmi jadi zaman geologi, tapi ia sudah menjadi kenyataan sosial, ilmiah, dan ekologis yang tak bisa diabaikan.


Sumber: ZME Science – Archeologists Join Geologists in the Quest to Define the Age of Humans


Post a Comment

أحدث أقدم