Pohon Cemara Bisa Prediksi Gerhana Matahari, Kompak Beri Sinyal Listrik

Pohon cemara (Picea abies) ternyata bisa "merasakan" gerhana matahari beberapa jam sebelumnya. 


Pohon cemara (Picea abies) ternyata bisa "merasakan" gerhana matahari beberapa jam sebelumnya.   Foto: wirestock/Freepik
Foto: wirestock/Freepik


Ringkasan:

  • Pohon cemara bisa mendeteksi gerhana matahari sebelum terjadi dan menunjukkan aktivitas listrik yang selaras.
  • Pohon-pohon ini bertindak seperti sistem kolektif, bukan makhluk individual—mirip "orkestra hutan".
  • Pohon tua memimpin reaksi, menyimpan “ingatan ekologis”, dan jadi alasan penting untuk melindungi hutan tua.


CAHAYA matahari adalah pengatur ritme utama kehidupan di Bumi. Dari cuaca, musim, sampai perilaku organisme—semuanya terpengaruh oleh siklus terang dan gelap. 


Tapi bagaimana jika pola itu terganggu tiba-tiba, seperti saat terjadi gerhana matahari? Di sinilah eksperimen alam yang langka ini menjadi sangat menarik bagi para ilmuwan.


Peneliti dari Italia, Inggris, Spanyol, dan Australia menggunakan teknologi pengukuran jarak jauh untuk memantau pohon cemara di kawasan hutan pegunungan Dolomites, Italia, saat terjadi gerhana matahari parsial. 


Mereka ingin tahu apakah pohon-pohon ini merespons secara individu atau saling terhubung dan merespons bersama-sama.


Dan hasilnya? Menakjubkan. Aktivitas listrik dalam pohon-pohon tersebut mulai berubah dan menjadi semakin tersinkronisasi bahkan sebelum bayangan gerhana tiba. 


Artinya, pohon-pohon ini “tahu” sesuatu akan terjadi dan bereaksi serempak. Bukan hanya respons lokal, tapi kolektif—seperti satu tubuh besar yang bersiap menghadapi perubahan.


“Ini menunjukkan bagaimana pohon di hutan berkomunikasi dan menyesuaikan diri, mengungkap lapisan baru dari perilaku tanaman yang sebelumnya belum banyak diketahui.”


Demikian kata Prof. Monica Gagliano dari Southern Cross University. Ia menyebutnya sebagai "wood wide web"—jaringan cerdas antar pohon.


Tak hanya memakai alat-alat canggih, para ilmuwan juga menggabungkan metode analitik dari teori medan kuantum untuk membaca pola sinkronisasi ini. 


Hasilnya memperlihatkan dinamika yang rumit tapi jelas: pohon-pohon ini tidak sekadar saling bertukar zat, tapi juga informasi non-material—mirip seperti musisi dalam orkestra yang memainkan nada dalam harmoni.


Prof. Alessandro Chiolerio dari Italian Institute of Technology menyatakan, “Kita sekarang melihat hutan bukan sebagai kumpulan pohon, tapi sebagai simfoni tanaman yang tersinkronisasi dalam fase.”


Penelitian yang diterbitkan di Royal Society Open Science juga menyoroti pentingnya keberadaan pohon tua. 


Mereka adalah yang pertama merespons gerhana, kemungkinan besar karena menyimpan "memori ekologis" dari kejadian serupa di masa lalu. Dengan kata lain, mereka seperti kakek-nenek bijak di tengah hutan yang memberi isyarat ke generasi muda.


Karena itu, kata Prof. Gagliano, menjaga pohon tua bukan cuma soal konservasi, tapi soal merawat pusat data ekologis yang sangat penting bagi ketahanan ekosistem di tengah perubahan iklim.***


Sumber: Sci.News - Spruce Trees Anticipate Solar Eclipses, Synchronize Bioelectrical Behavior Hours in Advance



Post a Comment

أحدث أقدم