Kita Baru Melihat 0,001 Persen 'saja' Dasar Laut Bumi

Dan kalau pun kita mengerahkan ribuan kapal selam setiap hari, butuh 100.000 tahun lagi untuk melihat semuanya.


Dan kalau pun kita mengerahkan ribuan kapal selam setiap hari, butuh 100.000 tahun lagi untuk melihat semuanya. Foto Ilustrasi: Freeoik
Gambar ilustrasi: brgfx/Freepik


Ringkasan: 

  • Hanya 0,0001 persen wilayah laut dalam yang sudah terlihat langsung oleh manusia—lebih sedikit dari sebutir debu di peta planet ini.
  • Mayoritas ekspedisi laut dalam dilakukan oleh lima negara saja, menciptakan bias data eksplorasi.
  • Butuh pendekatan global dan inklusif serta waktu ribuan tahun untuk benar-benar memetakan dasar laut dunia.


KITA sering dengar bahwa manusia lebih tahu tentang permukaan Mars ketimbang dasar laut kita sendiri. Tapi angka-angka terbaru benar-benar membuka mata. 


Menurut studi terbaru dari Ocean Discovery League yang terbit di Science Advances pada 7 Mei 2025, dari seluruh samudra di dunia, manusia baru melihat langsung hanya 0,0001 persen dari wilayah laut yang lebih dalam dari 200 meter (batas zona bentik). 


Dan kedalaman rata-rata dasar laut sendiri ada di angka 3.682 meter.


Bayangkan, kalau 1.000 kapal selam dikirim tiap hari dan masing-masing menjelajahi 3 km² dasar laut, tetap butuh waktu 100.000 tahun untuk menyelesaikan semuanya. 


Dan ini bukan cuma soal banyaknya area. Data yang kita miliki pun sangat timpang. Mayoritas ekspedisi laut dalam dilakukan di sekitar perairan Amerika Serikat, Jepang, dan Selandia Baru. 


Tambahkan Prancis dan Jerman ke daftar itu, dan kelima negara ini bertanggung jawab atas 97,2 persen seluruh penyelaman ke laut dalam. 


Sementara negara-negara lain—termasuk yang memiliki garis pantai luas—nyaris tak kebagian giliran menyelam.


Masalahnya? Ini menciptakan bias besar dalam data kelautan dunia. Seolah-olah kita menilai seluruh biosfer laut dari lima titik pandang yang sama. 


Para peneliti menyebutnya “sampel kecil yang bias dan bermasalah dalam upaya memahami dan mengelola samudra global.”


Apa gunanya tahu dasar laut? Banyak. Kehidupan laut dalam bisa membantu kita memahami iklim, biodiversitas, bahkan potensi obat-obatan masa depan. 


Di lautan seluas 360 juta km², diperkirakan ada antara 700 ribu hingga satu juta spesies laut makro—dan itu belum termasuk mikroorganisme. Sayangnya, kita baru mengenal sekitar sepertiganya.


Sementara itu, menurut NOAA (Badan Kelautan dan Atmosfer AS), hingga pertengahan 2024, hanya 26,1 persen dasar laut dunia yang berhasil dipetakan menggunakan teknologi resolusi tinggi. 


Untuk wilayah laut AS sendiri, pemetaannya lebih baik: sekitar 54 persen, mencakup area yang lebih luas dari seluruh negara bagian dan teritori AS digabungkan.


Tentu, menjelajah laut dalam bukan hal sepele. Biayanya bisa sebanding dengan misi luar angkasa. 


Padahal tahun 2024 saja, ada lebih dari 2.800 peluncuran roket ke orbit. Tapi kapal selam laut dalam yang masih aktif dan tersertifikasi? Hanya sekitar 10 unit di seluruh dunia. Jelas sekali di mana ketimpangannya.


Solusi? Menurut para ilmuwan, kita butuh revolusi dalam cara eksplorasi laut dalam. 


Harus ada usaha global yang lebih adil, menyasar wilayah yang belum terjamah, dan membentuk peta biogeografi laut dalam yang lebih mewakili realitas. 


Ini bukan hanya soal keingintahuan, tapi juga langkah penting untuk memahami dan menjaga kesehatan planet kita.


Jadi, lain kali saat kamu menatap laut lepas dan bertanya-tanya “ada apa di bawah sana?”, ingatlah: kita semua, secara harfiah, baru mengintip ujung sirip dari dunia yang luar biasa luas di bawah permukaan.***


Sumber: Popular Science - Humans have only seen 0.001 percent of the ocean floor


Post a Comment

أحدث أقدم