Demokrasi Palsu Kripto? Ilmuwan Temukan Peran Besar 'Ordal' dalam DAO

Sebuah studi terbaru membongkar kenyataan pahit di balik janji surga 'demokrasi kripto'.


Sebuah studi terbaru membongkar kenyataan pahit di balik janji surga 'demokrasi kripto'.  Foto Ilustrasi: Freepik
Foto Ilustrasi: Freepik


Ringkasan:

  • Banyak DAO ternyata dikendalikan segelintir insider, meski mengklaim demokratis dan terdesentralisasi.
  • Praktik seperti koordinasi voting, perpindahan token mendadak, dan posisi elite dalam jaringan menunjukkan adanya manipulasi sistem.
  • Bahkan platform besar seperti Uniswap dan Aave tak luput dari kendali para “pemain dalam”.


DUNIA kripto pernah menjanjikan revolusi: tanpa perantara, tanpa bos besar, dan semua orang punya suara. Tapi tunggu dulu....


Sebuah studi internasional terbaru membongkar kenyataan pahit di balik skema ini, terutama soal DAO (Decentralized Autonomous Organizations). 


Ternyata, di balik jargon “demokratis” dan “terdesentralisasi,” banyak DAO yang sebenarnya dikendalikan oleh orang dalam (ordal) alias insider.


Yang Kuasa Tetap Segelintir


DAO awalnya digadang sebagai sistem voting digital tempat semua anggota punya suara melalui governance token. Mirip saham, makin banyak token, makin besar pengaruhmu dalam pengambilan keputusan. 


Tapi kenyataannya, menurut studi yang terbit di Financial Cryptography and Data Security, dalam 8% DAO, segelintir insider seperti developer dan pendiri punya cukup suara untuk mengontrol keputusan sendirian.


Yang lebih mengagetkan, di lebih dari 20% DAO, para insider ini berhasil mengatur hasil dari setidaknya satu proposal penting. Jadi walaupun DAO tampil bak forum demokratis digital, banyak yang ternyata bekerja layaknya oligarki terselubung.


Taktik Diam-diam Para Insider


Para peneliti menganalisis hampir 5 juta suara dari 872 DAO, melibatkan hampir 1 juta pemilih. Hasilnya? Ada tiga taktik utama yang digunakan insider buat tetap berkuasa:


1. Posisi Sentral di Jaringan

   Insider selalu berada di “tengah-tengah” jejaring sosial voting DAO, seperti anak populer di sekolah yang suaranya berpengaruh ke mana-mana.


2. Voting Blok yang Kompak

   Mereka sering voting bareng dalam pola yang terlalu rapi—tanda kuat adanya koordinasi diam-diam.


3. Perpindahan Token Mencurigakan

   Di sekitar 15% proposal penting, kepemilikan token berubah drastis hanya beberapa hari sebelum voting. Dalam lebih dari 60% kasus, insider terlibat dalam perpindahan ini. Makin kuat dugaan bahwa mereka sedang “mengatur panggung” agar hasil voting sesuai keinginan mereka.


Platform Raksasa pun Terkena


Masalah ini bukan cuma milik DAO kecil-kecilan. Platform besar seperti Uniswap dan Aave, yang menangani transaksi miliaran dolar, juga terinfeksi praktik ini. 


Di Uniswap, sekitar 30% voting melibatkan insider. Di Aave? Sekitar 28%. Artinya, bahkan dalam “negara-negara” kripto besar, elit tetap pegang kendali.


Para peneliti sampai membuat peta jejaring sosial voting DAO, dan hasilnya jelas: insider berkumpul dalam kelompok elit yang saling dukung dan tetap di pusat kekuasaan. 


Jadi ya, DAO memang punya label demokrasi, tapi cara mainnya masih mirip partai elite lama.


Saatnya Regulasi Turun Tangan?


Temuan ini bikin banyak orang—termasuk regulator keuangan—mulai bertanya, apakah DAO benar-benar “desentralisasi,” atau hanya kamuflase modern untuk oligarki digital? 


Apalagi setelah kasus seperti Tornado Cash, di mana developer DAO dituduh memanipulasi voting demi menghindari aturan anti pencucian uang.


Regulator kini makin serius melacak siapa sebenarnya yang mengendalikan sistem “bebas bos” ini. 


Dan studi ini memberi peringatan keras: jangan mudah percaya pada janji desentralisasi, karena banyak DAO yang justru menyembunyikan pusat kekuasaan dengan rapi.***


Sumber: StudyFinds - Dirty Secret’: Insiders Are Pulling The Strings In Crypto, Study Reveals


Post a Comment

أحدث أقدم