Microwave sering dicap sebagai “pembunuh nutrisi” makanan modern, tapi sebenarnya bukan gelombang mikronya yang harus kamu takutkan.
Ringkasan
- Microwave tidak merusak vitamin lebih parah dari cara masak konvensional.
- Air dan waktu masak adalah kuncinya.
- Gunakan wadah kaca atau keramik, bukan plastik sekali pakai, agar bebas dari partikel mikroplastik.
KAMU mungkin pernah mendengar larangan, “Jangan panaskan makanan di microwave, nanti gizinya hilang!” Tapi seberapa benar mitos itu?
Microwave awalnya bukan diciptakan untuk memasak. Pada 1940-an, gelombang mikro dipakai untuk radar militer. Baru pada 1947, teknologi ini “dibajak” ke dapur untuk memanaskan makanan.
Sejak itu, microwave jadi simbol modernitas, cepat, ringkas, praktis. Tapi di balik kemudahannya, muncul ketakutan: apakah gelombang mikro ini juga menghancurkan gizi di dalam makanan?
Ilmuwan sudah lama mencari jawabannya. Dalam tinjauan besar pada 2009, mereka menyimpulkan tidak ada perbedaan gizi yang berarti antara makanan yang dimasak dengan microwave dan dimasak secara tradisional.
Jadi, ya, nutrisi memang bisa berkurang saat dimasak, tapi bukan karena “gelombang mikronya”, melainkan karena panas itu sendiri.
Vitamin yang Tak Suka Panas
Setiap kali kita memasak, selalu ada yang “menang” dan “kalah”. Protein misalnya, justru jadi lebih mudah dicerna ketika dipanaskan. Tapi vitamin yang larut air, seperti vitamin C dan B kompleks, mudah hilang kalau kena panas terlalu lama atau terendam air.
Peneliti dari Cina pernah membandingkan lima cara memasak brokoli, yakni direbus, dikukus, ditumis, ditumis lalu direbus, dan dimasak dengan microwave.
Hasilnya mengejutkan, merebus justru membuat vitamin C turun lebih dari 30%, sedangkan microwave hanya sekitar 16%. Kesimpulannya? Microwave bisa jadi penyelamat gizi, asal tidak berlebihan.
Sains di Balik Panas Cepat
Microwave memanaskan makanan dengan cara “menggoyang” molekul air, gula, dan lemak di dalamnya. Ketika molekul-molekul itu bergetar, gesekannya menghasilkan panas.
Karena panasnya tidak selalu merata, bagian tengah makanan bisa lebih dingin—itulah kenapa kamu harus mengaduk atau memanaskannya dua kali.
Jadi, bukan gelombangnya yang jahat, tapi cara kita menggunakannya yang menentukan hasil akhirnya.
Rahasia utama menjaga nutrisi adalah waktu dan air. Studi tahun 2007 menyarankan, gunakan air sesedikit mungkin dan waktu sesingkat mungkin.
Kalau kamu menambahkan banyak air atau memanaskan terlalu lama, vitamin larut air seperti C dan B bisa bocor keluar.
Satu hal lagi yang sering dilupakan, wadah plastik. Label “microwave-safe” bukan berarti bebas bahan kimia, hanya berarti wadahnya tidak meleleh.
Peneliti dari University of Nebraska-Lincoln (2023) menemukan, beberapa wadah plastik yang dipanaskan melepaskan miliaran partikel mikro dan nanoplastik ke dalam makanan. Karena itu, lebih aman pakai wadah kaca atau keramik.
Bagaimana dengan Zat Berbahaya?
Ada juga kekhawatiran soal acrylamide, senyawa yang muncul saat makanan bertepung (seperti kentang) dimasak pada suhu tinggi.
Beberapa studi pada hewan menunjukkan zat ini bisa bersifat karsinogenik, tapi riset pada manusia masih belum meyakinkan.
Menurut laporan BBC, kamu bisa mengurangi risikonya dengan cara sederhana, yakni rendam atau rebus dulu kentang sebelum dimasak di microwave.
Jadi, microwave bukan biang keladi hilangnya nutrisi, melainkan alat dapur yang efisien jika digunakan dengan cerdas.
Panas cepatnya bisa membantu menjaga gizi, asalkan kamu tahu aturannya, jangan terlalu lama, jangan terlalu banyak air, dan hindari plastik.
Disadur dari Popular Science.

إرسال تعليق