Bahan Antipeluru Baru Ini Tiga Kali Lebih Kuat dari Kevlar

Dengan ketebalan hanya 1,8 milimeter, material baru berbasis carbon nanotube ini terbukti tiga kali lebih kuat dari Kevlar, bahan yang menjadi andalan rompi antipeluru dan perlindungan militer.


Dengan ketebalan hanya 1,8 milimeter, material baru berbasis carbon nanotube ini terbukti tiga kali lebih kuat dari Kevlar, bahan yang menjadi andalan rompi antipeluru dan perlindungan militer.Ilustrasi dibuat oleh AI.


Ringkasan

  • Material baru dari karbon nanotube dan polimer aramid tiga kali lebih kuat dari Kevlar.
  • Mampu menyerap energi hingga 706 megajoule per meter kubik—dua kali rekor sebelumnya.
  • Penemuan ini membuka jalan bagi perlindungan balistik ringan untuk rompi, kendaraan, hingga pesawat.


PARA ilmuwan di Universitas Peking baru saja menciptakan bahan super ringan dan super kuat yang bisa menandingi, bahkan melampaui, Kevlar. 


Sejak diciptakan pada 1960-an oleh ilmuwan Dupont, Kevlar telah menyelamatkan ribuan nyawa. 


Serat sintetis ini terkenal karena kekuatan dan ketahanannya terhadap panas, membuatnya ideal untuk rompi antipeluru, helm, dan peralatan militer. Namun, ilmu material terus bergerak maju. 


Kini, peneliti Jin Zhang dan timnya memperkenalkan kandidat penerus Kevlar—bahan revolusioner yang menggabungkan nanotube karbon (CNT) dengan polimer aramid, bahan yang juga menjadi dasar Kevlar.


Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Matter (2025), Zhang menjelaskan bahwa material ini bukan sekadar “lebih kuat”, tapi juga lebih tangguh dan fleksibel. 


Kombinasi itu adalah pencapaian langka di dunia sains material. Biasanya, ketika kekuatan meningkat, kelenturan justru berkurang. Tapi CNT, tabung karbon berskala nano yang 100.000 kali lebih tipis dari rambut manusia, memberi keajaiban lain.


Tim Zhang menggunakan teknik alignment (penyelarasan molekuler), di mana rantai polimer aramid dan nanotube karbon dipaksa sejajar secara sempurna. 


Hasilnya, struktur mikro material menjadi sangat stabil dan mampu menyerap energi tumbukan lebih banyak tanpa retak. 


Dalam uji balistik, material ini mencatat kemampuan menyerap 706,1 megajoule per meter kubik, dua kali lipat dari rekor sebelumnya dan sekitar tiga kali kekuatan Kevlar.


“Serat kami melampaui semua material polimer berperforma tinggi yang pernah dilaporkan,” kata Zhang kepada New Scientist. “Ini bukan sekadar perbaikan kecil—ini lompatan besar dalam desain bahan pelindung.”


Dengan kombinasi kekuatan, fleksibilitas, dan ketipisan hanya 1,8 milimeter, material baru ini sangat menjanjikan untuk rompi antipeluru yang lebih ringan.


Bahkan bisa menjadi bahan untuk panel pelindung kendaraan tempur hingga lapisan pelindung pesawat. 


Lebih jauh lagi, sifatnya yang tahan panas dan menghantarkan energi secara efisien membuka kemungkinan untuk aplikasi di luar bidang militer.


Di antaranya, pakaian pemadam kebakaran, pelindung luar angkasa, bahkan bahan konstruksi masa depan.


Namun, seperti banyak terobosan di laboratorium, bahan ini masih perlu melalui tahap produksi massal dan pengujian jangka panjang. 


Tantangan utamanya adalah biaya tinggi dan kesulitan dalam menyelaraskan CNT dalam skala besar—sesuatu yang hingga kini masih menjadi “batas teknologi” di dunia nanomaterial.


Meski begitu, Zhang optimistis. “Ini baru permulaan. Kami akhirnya menemukan cara untuk memanfaatkan potensi sejati serat polimer di tingkat makroskopik,” katanya.


Jika terbukti berhasil di lapangan, mungkin dalam beberapa tahun ke depan, rompi antipeluru generasi baru tak lagi terasa berat dan tebal seperti sekarang.


Rahasia keamanannya tersimpan dalam susunan nanotube karbon yang hampir tak terlihat mata.

Disadur dari Popular Mechanics.


Post a Comment

أحدث أقدم