Begini Cara Otak Pelan-Pelan “Mematikan Lampu” Saat Kita Tertidur

Ketika kita mulai mengantuk dan pelan-pelan kehilangan kesadaran, otak ternyata sedang melakukan tarian biologis yang sangat terkoordinasi.


Ketika kita mulai mengantuk dan pelan-pelan kehilangan kesadaran, otak ternyata sedang melakukan tarian biologis yang sangat terkoordinasi.Foto Ilustrasi: drobotdean/Freepik


Ringkasan

  • Saat tidur NREM, otak bagian motorik dan sensorik tetap aktif, sementara area berpikir dan mengingat menurun aktivitasnya.
  • Penggunaan energi otak berkurang, tapi aliran darah menjadi lebih dinamis di area sensorik.
  • Temuan ini memperkuat teori bahwa tidur membantu otak membersihkan “sampah metabolik” sambil tetap siaga terhadap rangsangan luar.


SEBUAH penelitian baru dari tim Mass General Brigham mengungkap bahwa saat manusia terlelap, otak tak benar-benar “mati lampu” — sebagian wilayah justru tetap sibuk, sementara bagian lain mulai istirahat. 


Studi yang dipublikasikan di Nature Communications ini menunjukkan bagaimana aktivitas otak, aliran darah, dan penggunaan energi berubah drastis ketika kita masuk ke tahap tidur non-REM (NREM), atau tidur dalam.


Tidur manusia bukanlah proses pasif, melainkan peralihan kompleks dari kesadaran penuh menuju keadaan pemulihan total. 


Dalam studi ini, para peneliti menggunakan teknologi pencitraan mutakhir tri-modal EEG-PET-MRI.


Mereka menggabungkan tiga alat sekaligus, yakni EEG untuk memantau gelombang otak, fMRI untuk melihat aliran darah, dan PET untuk memantau penggunaan glukosa sebagai sumber energi. 


Sebanyak 23 orang dewasa sehat menjadi sukarelawan, menjalani sesi tidur singkat di siang hari.


Hasilnya menarik, seiring peserta tertidur semakin dalam, aktivitas otak di area berpikir tinggi seperti korteks prefrontal dan jaringan default mode menurun drastis, seolah otak sedang “menurunkan volume” pikiran dan lamunan. 


Sementara itu, area yang mengatur gerak dan pancaindra tetap aktif, menjaga kemampuan otak untuk tetap waspada terhadap suara, sentuhan, atau ancaman kecil — misalnya bunyi pintu terbuka atau alarm.


Tak hanya itu, peneliti menemukan bahwa aliran darah otak menjadi lebih dinamis saat tidur, dan energi (metabolisme glukosa) menurun seiring berkurangnya aktivitas kognitif. 


Fenomena ini berbarengan dengan peningkatan aliran cairan serebrospinal (CSF), cairan bening yang mengalir di otak dan tulang belakang. 


CSF berperan seperti “pembersih malam hari”, membantu mengeluarkan limbah metabolik seperti protein beta-amiloid — zat yang diketahui berkaitan dengan penyakit Alzheimer.


Menurut Jingyuan Chen, PhD, peneliti utama dari Massachusetts General Hospital, temuan ini menjelaskan bagaimana otak tetap bisa “mendengar dunia” saat kita tidur, tetapi tanpa mengganggu proses pemulihan internalnya. 


“Tidur bukan sekadar kehilangan kesadaran. Otak tetap aktif, tapi dengan pola kerja yang benar-benar berbeda,” ujarnya.


Para peneliti berharap teknologi pencitraan ini bisa membantu memahami lebih jauh gangguan tidur dan penyakit neurologis seperti Alzheimer, insomnia, atau epilepsi


Mereka juga berencana memperluas studi ke kelompok peserta yang lebih beragam dan memantau tidur malam penuh, bukan hanya tidur siang.


Penelitian ini menegaskan bahwa tidur adalah proses fisiologis paling rumit sekaligus vital bagi kesehatan otak. 


Jadi, setiap kali kita memutuskan untuk “tidur lima menit lagi”, otak sebenarnya sedang menyiapkan diri untuk membersihkan diri, memperbaiki koneksi saraf, dan siap menghadapi hari baru.


Disadur dari EurekAlert.


Post a Comment

أحدث أقدم