Peneliti menemukan bahwa tanaman unik asal Fiji, Squamellaria, mampu mencegah perang antar koloni semut dengan menciptakan "apartemen terpisah" dalam akarnya.

Ringkasan
- Tanaman Squamellaria menyediakan ruang terpisah bagi koloni semut, mencegah konflik.
- Hubungan ini saling menguntungkan: semut mendapat rumah, tanaman mendapat nutrisi.
- Studi ini mengungkap strategi evolusi cerdas yang relevan untuk memahami simbiosis antar spesies.
Tanaman epifit yang hidup menumpang di pepohonan hutan hujan Fiji ini ternyata menyimpan “kondominium” kecil di dalam akarnya yang membengkak.
Uniknya, tiap unit “apartemen” ini punya pintu masuk sendiri dan tak terhubung satu sama lain—sebuah desain alami cerdik untuk menjaga perdamaian antar spesies semut yang tinggal di dalamnya.
Penelitian mengungkap bahwa tanaman ini menggunakan pendekatan 'kompartementalisasi' sebagai solusi untuk mencegah konflik antara spesies semut yang bersaing.
Jadi, bukan demi kenyamanan semut, melainkan untuk kepentingan tanaman sendiri. Semakin banyak semut yang tinggal, semakin banyak pula nutrisi yang diperoleh tanaman.
Hasil studi para peneliti dari Washington University in St. Louis dan Durham University tersebut dipublikasikan di jurnal Science.
“Kalau partisi antarruang dihilangkan, semut-semut itu langsung saling serang. Mereka bertarung sampai mati,” jelas Dr. Guillaume Chomicki dari Durham University, penulis utama studi ini.
Dalam eksperimen mereka, saat partisi di dalam akar dibongkar, konflik langsung pecah dalam waktu 25 menit, dengan tingkat kematian tinggi di kedua koloni semut yang awalnya terpisah.
Lalu, apa untungnya buat tanaman? Ternyata, semut-semut ini tidak hanya jadi “penyewa” pasif, mereka juga aktif “bertani” tanaman ini.
Mereka menanam benih Squamellaria di celah-celah kulit pohon dan memberi pupuk berupa kotorannya. Sebagai balas jasa, tanaman menyediakan ruang tinggal yang aman.
Kemitraan semut dan Squamellaria ini bukan sekadar simbiosis biasa. Biasanya, hubungan antara satu inang dengan banyak mitra (dalam hal ini beberapa spesies semut) rawan konflik karena perebutan sumber daya.
Tapi, Squamellaria menantang teori itu dengan solusi elegan: pisahkan ruang tinggalnya!
Menariknya lagi, struktur internal tanaman ini baru bisa benar-benar dipahami lewat teknik pemindaian CT (computed tomography), yang biasanya digunakan di bidang medis.
Menariknya lagi, struktur internal tanaman ini baru bisa benar-benar dipahami lewat teknik pemindaian CT (computed tomography), yang biasanya digunakan di bidang medis.
Lewat model 3D dari hasil pemindaian itu, peneliti baru bisa melihat betapa kompleks dan tertatanya sistem “apartemen” di dalam akar tanaman.
“Hubungan unik ini memberi kita cara langsung untuk melihat konflik yang sebelumnya hanya sebatas prediksi teori. Tapi di sini, alam menunjukkan solusinya sendiri,” ujar Prof. Susanne S. Renner dari Washington University, penulis senior riset ini.
Penemuan ini membuka pemahaman baru dalam dunia ekologi dan evolusi tentang bagaimana spesies yang berbeda dan bahkan bertentangan bisa hidup bersama, asalkan ada desain yang tepat.
Dalam hal ini, siapa sangka “arsitekturnya” justru berasal dari sebuah tanaman?
Disadur dari artikel berjudul Condo-style living helps keep the peace inside these ant plants yang tayang di EurekAlert.
Posting Komentar