Perubahan Gaya Bicara Bisa Jadi Tanda Demensia Dini

 Para ilmuwan menemukan bahwa perubahan kecil dalam cara kita berbicara bisa menjadi salah satu tanda awal penurunan kognitif, bahkan sebelum gejala demensia seperti Alzheimer terlihat jelas.


Para ilmuwan menemukan bahwa perubahan kecil dalam cara kita berbicara bisa menjadi salah satu tanda awal penurunan kognitif, bahkan sebelum gejala demensia seperti Alzheimer terlihat jelasIlustrasi dibuat oleh AI.


Ringkasan

  • Mengulang informasi saat berbicara bisa menjadi indikator awal gangguan kognitif.
  • Studi ini menggunakan teknologi pemrosesan bahasa alami untuk menganalisis transkrip percakapan.
  • Pendekatan ini dapat membantu deteksi dini sebelum gejala demensia berkembang.


ORANG yang mengulang pernyataan atau pertanyaan dalam percakapan kemungkinan mengalami penurunan fungsi kognitif. Hal tersebut bahkan jika mereka belum menunjukkan tanda-tanda klinis demensia. 


Demikian hasil studi tim peneliti dari  University of Wisconsin–Madison yang diterbitkan di jurnal Alzheimer's & Dementia.


Para ilmuwan itu menganalisis data percakapan lebih dari 100 partisipan lansia yang tergabung dalam program Wisconsin Registry for Alzheimer's Prevention (WRAP).


Penelitian ini menggunakan kecanggihan teknologi pemrosesan bahasa alami (natural language processing/NLP) untuk mengidentifikasi pengulangan dalam transkrip wawancara partisipan. 


Partisipan diminta menceritakan ulang isi video pendek yang mereka tonton. Model AI kemudian menganalisis seberapa sering mereka mengulang kata, frasa, atau informasi.


Hasilnya, partisipan yang sering mengulang pernyataan ternyata lebih mungkin mengalami perubahan biologis di otak yang berkaitan dengan Alzheimer, bahkan jika hasil tes kognitif formal mereka masih normal. 


Artinya, tanda-tanda awal demensia bisa muncul dalam bahasa sebelum terlihat dalam tes standar.


“Ini bisa menjadi cara non-invasif dan hemat biaya untuk mengidentifikasi orang-orang yang mungkin berisiko, bahkan sebelum gejala parah muncul,” ujar Sterling Johnson.


Johnson adalah salah satu penulis studi dan profesor neurologi di UW School of Medicine and Public Health.


Temuan ini sejalan dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa perubahan bahasa, seperti penurunan kompleksitas kalimat, jeda yang sering, atau kesalahan gramatikal, bisa menjadi petunjuk awal terhadap gangguan neurodegeneratif. 


Misalnya, mantan Presiden AS Ronald Reagan pernah menunjukkan perubahan gaya bicara beberapa tahun sebelum diagnosis Alzheimer-nya diumumkan.


Di masa depan, teknologi seperti ini bisa dimasukkan ke dalam aplikasi telepon pintar atau alat pemeriksaan daring untuk membantu skrining populasi lanjut usia tanpa perlu prosedur mahal atau invasif seperti MRI.


Meski begitu, para peneliti menegaskan bahwa pengulangan bicara tidak selalu berarti seseorang mengalami demensia. Faktor-faktor lain seperti stres, kelelahan, atau gangguan pendengaran juga bisa berpengaruh. 


Namun, bila terjadi berulang-ulang dan disertai kesulitan mengingat kata atau kehilangan arah dalam percakapan, ada baiknya diperiksakan lebih lanjut.


Disadur dari artikel berjudul Scientists Identify a Trait in Speech That Foreshadows Cognitive Decline yang terbit di Science Alert. 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama