Menonton video dengan kecepatan tinggi, misalnya 1,5x atau 2x, memang bisa menghemat waktu, tapi menurut penelitian terbaru, cara ini juga punya dampak negatif terhadap pemahaman.
Ringkasan
- Menonton video dengan kecepatan tinggi membuat otak bekerja lebih keras dan bisa menurunkan daya tangkap informasi.
- Efek negatifnya makin terasa jika dilakukan berulang dalam waktu singkat, terutama terhadap daya ingat jangka panjang.
- Pengalaman menonton jadi kurang memuaskan karena hilangnya nuansa, emosi, dan ritme alami dalam konten.
DALAM riset yang dipublikasikan di jurnal Applied Cognitive Psychology, peneliti mengamati bagaimana performa kognitif peserta yang diminta menonton video dengan tiga kecepatan berbeda: normal (1x), 1,5x, dan 2x.
Video yang digunakan mencakup konten informatif dan edukatif. Hasil awalnya cukup menggoda, para peserta tetap bisa menangkap informasi pokok dari video meskipun diputar lebih cepat.
Namun ketika diuji kembali dalam rentang waktu tertentu, beberapa jam hingga hari berikutnya, performa mereka dalam mengingat detail mulai menurun.
Ini menunjukkan bahwa meskipun otak kita bisa “mengikuti” kecepatan tinggi, bukan berarti informasi tersebut tersimpan dengan baik di memori jangka panjang. Penurunan ini bahkan lebih terasa pada kecepatan 2x.
Kondisi ini berkaitan erat dengan beban kerja kognitif. Saat kita menonton lebih cepat, otak harus memproses lebih banyak informasi dalam waktu lebih singkat.
Ini disebut sebagai cognitive load, dan jika terlalu berat, bisa menyebabkan kelelahan mental alias cognitive fatigue. Gejalanya antara lain rasa pusing, sulit fokus, cepat bosan, bahkan stres ringan setelah sesi menonton panjang.
Di sisi lain, pengalaman menonton itu sendiri juga terdampak. Dalam kecepatan tinggi, ritme alami dalam video jadi rusak.
Kita melewatkan jeda dramatis, ekspresi emosi, intonasi penting, bahkan humor, hal-hal yang justru memberi nilai tambah dalam konten. Video dokumenter terasa tergesa-gesa, film kehilangan rasa, dan video edukasi terasa seperti dikejar deadline.
Penelitian dari Psychological Science juga mendukung hal ini.
Mereka menyebutkan bahwa meskipun manusia bisa terbiasa dengan kecepatan input yang tinggi, otak tetap memerlukan waktu untuk menyerap, menghubungkan, dan menyimpan informasi secara menyeluruh.
Maka tak heran kalau banyak orang merasa cepat lupa atau perlu mengulang meski sudah menonton.
Fenomena ini juga berkaitan dengan kebiasaan multitasking yang makin umum, terutama di kalangan pelajar dan profesional muda.
Menonton sambil mencatat, membalas pesan, atau bahkan makan, membuat konsentrasi makin terbagi.
Bila dikombinasikan dengan kecepatan tinggi, maka dampaknya makin besar terhadap kualitas belajar atau pemahaman isi.
Jadi, apa jalan tengahnya?
Tidak ada larangan mutlak untuk mempercepat video. Untuk konten yang sudah familiar, pengulangan, atau bagian yang kurang penting, kecepatan 1,25x atau 1,5x bisa jadi solusi hemat waktu.
Tapi untuk topik baru, materi kompleks, atau video yang bernilai emosional dan naratif, sebaiknya ditonton dengan kecepatan normal. Atau kalau tetap ingin cepat, beri jeda untuk mencatat atau refleksi.
Disadur dari IFL Science - Watching Videos At Higher Speeds May Save Time But It Has Some Drawbacks.
Posting Komentar