Punya TV Ultra-HD Bisa Jadi Justru Sia-sia, Menurut Riset

Menurut riset terbaru dari University of Cambridge dan Meta Reality Labs, mata manusia ternyata punya “batas resolusi”—jumlah piksel maksimum yang bisa kita lihat.


Menurut riset terbaru dari University of Cambridge dan Meta Reality Labs, mata manusia ternyata punya “batas resolusi”—jumlah piksel maksimum yang bisa kita lihat.Foto Ilustrasi: pikisuperstar/Freepik


Ringkasan

  • Peneliti menemukan batas penglihatan manusia sekitar 94 piksel per derajat untuk gambar hitam putih dan lebih rendah untuk warna.
  • Dalam ruang tamu rata-rata (jarak sofa 2,5 meter dari TV), TV 4K atau 8K 44 inci tidak lebih tajam dari TV QHD.
  • Peneliti membuat kalkulator daring gratis untuk menentukan resolusi TV ideal sesuai ukuran ruangan.


BAYANGKAN kamu baru membeli TV 8K seharga motor bekas. Gambarnya memukau, warnanya hidup, tapi nyatanya mata kamu tak mampu membedakan bedanya dengan TV 4K biasa. 


Inilah temuan menarik tim ilmuwan Cambridge dan Meta Reality Labs, yang dipublikasikan di Nature Communications. Mereka mengukur batas sejauh mana mata manusia bisa mendeteksi detail pada layar digital.


Penelitian ini mengukur kemampuan peserta dalam membedakan garis-garis halus pada gambar berwarna dan hitam putih, baik di penglihatan pusat maupun pinggir, dan pada jarak berbeda dari layar. 


Hasilnya? Tergantung pada banyak faktor, mulai ukuran layar, pencahayaan ruangan, sampai jarak pandang. 


Namun, secara umum, jika kamu duduk 2,5 meter dari TV berukuran 44 inci, resolusi di atas Quad HD (QHD) tak lagi memberikan peningkatan visual yang berarti.


“Kalau pikselnya lebih banyak, biayanya naik, energinya boros, dan prosesor harus kerja ekstra,” jelas Prof. Rafał Mantiuk dari Departemen Ilmu Komputer Cambridge. 


“Kami ingin tahu titik di mana peningkatan resolusi tak lagi berguna.”


Tim peneliti menggunakan metode yang disebut pixels per degree (PPD)—bukan sekadar jumlah piksel di layar, melainkan seberapa banyak piksel yang bisa masuk ke satu derajat bidang pandang kita. 


Hasil pengukuran menunjukkan batas penglihatan manusia sekitar 94 PPD untuk gambar hitam putih, 89 PPD untuk warna merah dan hijau, dan hanya 53 PPD untuk warna kuning dan ungu. 


Dengan kata lain, mata manusia memang lebih jago membedakan kontras daripada warna.


“Penglihatan kita sebenarnya tidak sebaik yang kita kira,” kata Mantiuk sambil tertawa. “Otaklah yang menyusun kembali semua informasi dari mata dan menciptakan ilusi detail yang sempurna.”


Batas ini membantu industri memahami kapan inovasi resolusi mencapai titik jenuh.


Sebab, di tengah persaingan “siapa paling tajam”, banyak produsen TV dan ponsel berlomba memasarkan resolusi tinggi tanpa mempertimbangkan kemampuan visual manusia. 


Bahkan mobil kini dilengkapi layar dashboard 8K—yang mata pengemudinya tak bisa nikmati sepenuhnya.


Riset ini juga menyinggung dunia augmented reality (AR) dan virtual reality (VR), di mana resolusi layar jadi kunci realisme. 


Mengetahui batas mata manusia memungkinkan pengembang fokus pada aspek lain seperti kecepatan refresh, pencahayaan, atau kenyamanan visual, alih-alih sekadar menambah piksel.


Sebagai bonus, tim Cambridge membuat kalkulator daring gratis di mana pengguna bisa memasukkan ukuran ruangan dan layar mereka untuk mengetahui resolusi paling efisien. 


Dengan alat ini, kamu bisa tahu apakah TV 8K impian itu benar-benar memberi manfaat—atau hanya mempercantik tagihan listrik.


Seperti kata Dr. Alex Chapiro dari Meta Reality Labs, “Temuan kami bisa menjadi kompas baru dalam pengembangan teknologi tampilan masa depan—dari TV ruang tamu sampai headset VR.”


Jadi, sebelum tergoda oleh iklan “kualitas gambar setajam kenyataan”, mungkin sebaiknya kamu tanya dulu: apakah mata kamu memang sanggup melihatnya?


Disadur dari Tech Xplore


Post a Comment

أحدث أقدم