Data satelit mengungkapkan puncaknya mulai menggembung akibat tekanan magma dan gas panas dari dalam perut bumi, pertanda gunung ini mungkin tak lagi sepenuhnya jinak.
Ilustrasi Gunung Taftan di Iran dibuat oleh AI.Ringkasan
- Puncak Gunung Taftan menggembung sekitar 9 cm antara Juli 2023 dan Mei 2024, menandakan peningkatan tekanan internal.
- Fenomena ini terjadi tanpa pemicu jelas seperti gempa atau curah hujan ekstrem.
- Ilmuwan menilai Taftan lebih aktif dari perkiraan, sehingga perlu sistem pemantauan baru di wilayah Makran.
GUNUNG berapi yang dianggap mati selama ratusan ribu tahun tiba-tiba “menghela napas” lagi. Itulah yang kini terjadi di Gunung Taftan, stratovolcano setinggi 3.940 meter di tenggara Iran, dekat perbatasan Pakistan.
Gunung ini bagian dari busur vulkanik Makran, yang terbentuk akibat lempeng Arab perlahan menyusup di bawah lempeng Eurasia, proses geologis yang memicu pembentukan gunung api di wilayah Asia Barat.
Selama ini, Taftan dianggap nyaris punah. Laporan terakhir tentang aktivitasnya hanyalah kepulan asap pada tahun 1902 dan klaim tak terverifikasi soal aliran lava kecil pada 1993.
Letusan besar terakhir, menurut para ahli, terjadi sekitar 700.000 tahun lalu, jauh sebelum Homo sapiens muncul di muka Bumi. Karena itu, ia dijuluki “gunung zombie”: mati suri, tapi mungkin bisa bangkit lagi kapan saja.
Namun, penelitian baru yang diterbitkan di jurnal Geophysical Research Letters menunjukkan sesuatu yang menggelisahkan.
Dari data satelit, para vulkanolog menemukan bahwa puncak Taftan menggembung hingga 9 sentimeter antara Juli 2023 dan Mei 2024, dan hingga kini pembengkakan itu belum juga surut.
Dalam bahasa vulkanologi, ini pertanda adanya akumulasi tekanan dari bawah, biasanya disebabkan oleh magma atau uap air superpanas yang mencari jalan keluar.
Anehnya, pembengkakan itu terjadi tanpa pemicu eksternal. Tak ada gempa signifikan, perubahan air tanah, atau hujan ekstrem.
Para peneliti menduga, tekanan berasal dari saku air dan uap panas yang terperangkap 460–630 meter di bawah permukaan, mungkin akibat perubahan kecil pada jalur gas atau injeksi magma baru dari kedalaman.
“Temuan ini menunjukkan bahwa Taftan jauh lebih aktif dari yang sebelumnya diperkirakan,” tulis para peneliti.
Mereka menambahkan, fenomena ini menandakan perlunya revisi peta risiko vulkanik di wilayah Makran, termasuk pembentukan jaringan pemantauan baru dan peta bahaya yang lebih mutakhir.
Meski belum ada indikasi akan terjadi letusan besar dalam waktu dekat, para ilmuwan menegaskan pentingnya kesiapsiagaan. Gunung yang dulu dianggap jinak bisa menjadi sumber bahaya jika aktivitas bawah permukaannya meningkat terus-menerus.
Sebagai catatan, wilayah sekitar Taftan jarang dipantau karena dianggap aman selama berabad-abad.
Namun, seiring teknologi pengamatan satelit semakin sensitif, para ahli kini dapat melihat “denyut jantung” gunung api yang sebelumnya dianggap mati.
“Zombie” yang terbangun ini menjadi pengingat bahwa Bumi tidak pernah benar-benar diam—bahkan setelah 700.000 tahun tidur panjang.
Disadur dari IFL Science.
إرسال تعليق