5 Karakter Tidur, Ada yang Bikin Kelelahan Terus-terusan

Para ilmuwan menemukan bahwa kebiasaan tidur kita ternyata bisa dikelompokkan ke dalam lima “kepribadian tidur” berbeda—dan salah satunya bisa diam-diam membuatmu terus merasa kelelahan. 


Para ilmuwan menemukan bahwa kebiasaan tidur kita ternyata bisa dikelompokkan ke dalam lima “kepribadian tidur” berbeda—dan salah satunya bisa diam-diam membuatmu terus merasa kelelahan.Foto Ilustrasi: Freepik 


Ringkasan

  • Ilmuwan menemukan lima profil tidur: tidur buruk, tidur tahan banting, tidur dengan bantuan obat, kurang tidur, dan tidur yang sering terbangun.
  • Kualitas tidur ternyata sangat terkait dengan kesehatan mental dan fungsi otak.
  • Studi ini bisa membantu dokter memahami akar gangguan tidur dan merancang penanganan yang lebih personal.


STUDI baru dari Kanada ini menyebutkan bahwa pola tidur bukan hanya soal durasi atau jam biologis, tapi juga berhubungan erat dengan kesehatan mental, gaya hidup, dan cara otak kita bekerja ketika bangun.


Tidur memang kebutuhan universal bagi semua makhluk hidup, tapi manusia baru benar-benar mulai memahami kompleksitasnya pada abad ke-20. 


Setelah ditemukannya teknologi EEG (electroencephalography) dan fase REM (rapid eye movement) pada 1950-an, ilmuwan mulai menyadari betapa pentingnya tidur dalam menjaga kesehatan fisik dan mental. 


Kini, penelitian terbaru dari tim ilmuwan Kanada membawa pemahaman itu selangkah lebih maju.


Penelitian yang dipimpin oleh Aurore Perrault dari Concordia University dan Valeria Kebets dari McGill University ini dipublikasikan di jurnal PLOS Biology


Mereka menganalisis data dari Human Connectome Project, proyek besar milik National Institutes of Health (NIH) Amerika Serikat yang memetakan koneksi otak manusia. 


Dari 770 partisipan, para peneliti menemukan lima pola tidur utama yang mencerminkan hubungan antara kebiasaan tidur dan kesehatan jiwa.


Berikut kelima “profil tidur” yang mereka temukan:


1. Tidur Buruk (General Poor Sleep)

Profil ini menunjukkan kombinasi tidur tidak nyenyak, gangguan suasana hati, serta tingkat depresi, kecemasan, dan stres yang lebih tinggi. Bahkan, pemindaian otak memperlihatkan penurunan konektivitas pada area yang mengatur refleksi diri—membuat seseorang lebih banyak “berpikir ke dalam” daripada menikmati dunia luar.


2. Tidur Tahan Banting (Sleep Resilience)

Kelompok ini punya kondisi mental yang kurang baik, tetapi anehnya, tidak menunjukkan gejala tidur buruk yang biasa. Para peneliti menyebutnya “resilien”—karena mereka tampak kuat menghadapi stres meskipun secara biologis tubuhnya kelelahan.


3. Tidur dengan Bantuan Obat (Sleep Assisted)

Profil ini mencakup mereka yang bergantung pada obat tidur atau alat bantu medis untuk beristirahat. Walau bisa tidur cukup lama, kualitas restoratif tidur mereka lebih rendah.


4. Kurang Tidur (Short Sleepers)

Kelompok ini tidur kurang dari tujuh jam per malam. Meski sering merasa produktif, penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur kronis meningkatkan risiko gangguan metabolisme dan menurunkan performa kognitif.


5. Tidur Terganggu (Interrupted Sleep)

Mereka sering terbangun di malam hari dan sulit kembali tidur. Pola ini umum dialami oleh orang dengan stres tinggi, lansia, atau pekerja dengan jadwal tak menentu.


Menurut Kebets, dominasi faktor kesehatan mental dalam hampir semua profil bukanlah hal mengejutkan. 


“Tidur adalah salah satu dari lima aspek utama fungsi manusia yang sangat memengaruhi kesehatan mental,” ujarnya seperti dikutip dari Popular Mechanics.


Temuan ini membuka peluang baru dalam dunia medis. Dokter di masa depan bisa menggunakan profil tidur ini untuk menganalisis akar masalah kelelahan atau gangguan mental pada pasien, bukan hanya memberikan obat tidur semata. 


Dengan memahami bagaimana tidur memengaruhi pikiran dan perilaku sosial, perawatan bisa dibuat lebih tepat sasaran dan personal.


Disadur dari Popular Mechanics.


Post a Comment

أحدث أقدم