Titik Merah Misterius di Jagat Raya Awal Bisa Jadi ‘Bintang Lubang Hitam’

Para astronom menemukan “titik merah kecil” di jagat raya awal yang ternyata bukan sekadar galaksi muda.


Para astronom menemukan “titik merah kecil” di jagat raya awal yang ternyata bukan sekadar galaksi muda.Gambar ilustrasi: T. Müller/A. de Graaff/Max Planck Institute for Astronomy


Ringkasan

  • Titik merah misterius yang ditemukan teleskop James Webb (JWST) mungkin bukan galaksi, melainkan bintang lubang hitam.
  • Objek ini berupa bola gas raksasa yang terang karena ditenagai lubang hitam supermasif, bukan fusi nuklir seperti bintang biasa.
  • Temuan ini bisa menjawab misteri asal-usul lubang hitam supermasif yang ada di pusat galaksi.


AWALNYA, para peneliti menduga titik merah kecil yang muncul dalam data pertama JWST pada 2022 adalah galaksi tua yang terbentuk 500–700 juta tahun setelah Big Bang.


Karena terlampau terang dan padat, objek-objek ini dijuluki universe breakers, seolah-olah meruntuhkan teori kosmologi yang ada.


Namun, studi terbaru yang dipublikasikan 12 September 2025 di jurnal Astronomy & Astrophysics menunjukkan penafsiran lain. Itu bukan galaksi, melainkan “bintang lubang hitam” (black hole star).


Menurut Joel Leja, astrofisikawan dari Penn State, cahaya dari objek ini bukan berasal dari kumpulan banyak bintang, melainkan dari satu bola gas raksasa yang dingin tapi dikuasai lubang hitam di tengahnya.


Gas hidrogen yang ditarik dengan cepat menghasilkan energi dan cahaya mirip bintang, tetapi mekanismenya sangat berbeda. Jika benar, ini bisa jadi tahap awal pembentukan lubang hitam supermasif yang sekarang kita temukan di pusat galaksi besar.


JWST yang dilengkapi instrumen inframerah memang didesain untuk “melihat ke masa lalu”, hingga 13,5 miliar tahun lalu. Dengan teknologi itu, astronom bisa mendeteksi cahaya redup berwarna merah yang menandai objek jauh.


Saat menganalisis ribuan spektrum galaksi, tim peneliti menemukan satu kandidat ekstrem yang dijuluki The Cliff. Cahaya dari objek ini sudah menempuh perjalanan hampir 12 miliar tahun sebelum mencapai Bumi.


Dari spektrum, ternyata objek tersebut bukan kumpulan bintang padat, melainkan lubang hitam supermasif yang terbungkus gas raksasa.


Fenomena ini mengingatkan kita pada konsep “bintang kuasi” (quasi-star), sebuah gagasan teoretis di mana lubang hitam muda diselimuti atmosfer gas raksasa, membuatnya terlihat seperti bintang raksasa super terang.


Bedanya, ini bukan fusi nuklir yang menyalakan cahaya, melainkan proses akresi — materi yang jatuh ke dalam lubang hitam lalu memancarkan energi.


Bingjie Wang, astronom yang kini menjadi NASA Hubble Fellow di Princeton, menyebut jika hipotesis ini benar, maka proses pembentukan bintang dan galaksi di masa awal semesta jauh lebih ekstrem dari yang kita bayangkan.


Malam di galaksi semacam itu akan tampak luar biasa terang karena energi yang dipancarkan.


Tentu saja, misteri ini masih jauh dari selesai. Penelitian lanjutan dengan JWST akan meneliti kepadatan gas dan sifat cahaya dari kandidat bintang lubang hitam lainnya.


Leja menambahkan, “Alam semesta lebih aneh dari yang bisa kita bayangkan. Yang bisa kita lakukan hanyalah mengikuti petunjuknya.”


Dengan kata lain, “titik merah” yang awalnya membingungkan bisa jadi petunjuk berharga menuju pemahaman baru tentang kelahiran lubang hitam raksasa, evolusi galaksi, dan bahkan masa kecil alam semesta itu sendiri.


Disadur dari EurekAlert.

Post a Comment

أحدث أقدم