Kopi Sebelum Tidur Bisa Ubah Cara Kerja Otak

 Sebuah studi baru menunjukkan bahwa konsumsi kafein sebelum tidur tidak hanya membuat kita lebih terjaga, tapi juga mengubah cara kerja otak saat tidur. 


Sebuah studi baru menunjukkan bahwa konsumsi kafein sebelum tidur tidak hanya membuat kita lebih terjaga, tapi juga mengubah cara kerja otak saat tidur.Ilustrasi dibuat oleh AI.


Ringkasan

  • Kafein meningkatkan kompleksitas otak saat tidur, terutama pada fase non-REM.
  • Efeknya paling terasa pada orang muda dan fase tidur yang biasanya paling dalam.
  • Otak yang sedang tidur di bawah pengaruh kafein jadi lebih “siaga” dan tidak sedalam biasanya.



KAFEIN adalah stimulan psikoaktif paling populer di dunia—ditemukan dalam kopi, teh, soda, cokelat, hingga obat-obatan. 


Kita tahu kafein bisa membuat kita melek, tapi bagaimana pengaruhnya terhadap otak saat tidur? 


Nah, itulah yang coba dijawab oleh tim peneliti dari University of Montreal melalui eksperimen dengan 40 orang dewasa sehat, berusia antara 20 hingga 58 tahun.


Para peserta tidur di laboratorium sebanyak dua kali—satu kali setelah mengonsumsi 200 mg kafein (setara dua cangkir kopi), dan satu kali lagi setelah minum plasebo. 


Tidak ada yang tahu kapan mereka minum kopi asli dan kapan plasebo. 


Aktivitas otak mereka dipantau dengan EEG (electroencephalogram), dan data yang dikumpulkan dianalisis dari berbagai sisi: mulai dari frekuensi gelombang otak sampai ukuran kompleksitas seperti entropy dan Lempel-Ziv complexity.


Hasilnya? Kafein bikin otak tetap “sibuk” di fase tidur non-REM, yaitu fase tidur yang biasanya menjadi saat otak benar-benar “istirahat”. 


Aktivitas otak menjadi lebih acak, lebih dinamis, dan menunjukkan tanda-tanda mendekati critical state, keadaan yang biasa terjadi saat kita bangun dan fokus. 


Bahkan, model machine learning yang digunakan dalam studi ini bisa membedakan otak “berkafein” dan “tidak berkafein” dengan akurasi 75% hanya berdasarkan data EEG fase non-REM.


Namun, efeknya tidak sekuat itu di fase REM, yaitu fase mimpi. Di sini, pengaruh kafein hanya terlihat di bagian otak tertentu, seperti area visual. 


Dan yang menarik, respons otak terhadap kafein di fase REM lebih kuat pada orang muda dibanding yang lebih tua. Ini mungkin karena orang yang lebih tua memiliki lebih sedikit reseptor adenosin, zat yang memicu rasa kantuk dan jadi target utama kafein.


Peneliti juga memastikan bahwa perbedaan ini bukan karena durasi tidur atau jumlah data EEG, melainkan karena kafein benar-benar mengubah dinamika otak saat tidur. 


Menurut Philipp Thölke, penulis utama studi ini, meskipun kita bisa tetap tidur setelah minum kopi, kualitas tidur bisa berubah. Otak tetap aktif dan seolah-olah tidak “beristirahat sepenuhnya”.


Tentu saja, penelitian ini punya batasan. Semua peserta adalah orang sehat, sehingga hasilnya belum bisa digeneralisasi untuk orang dengan gangguan tidur atau kondisi medis. 


Efek jangka panjang atau akibat konsumsi rutin kafein juga belum diteliti.


Ke depannya, peneliti berharap bisa menggali bagaimana perubahan ini memengaruhi fungsi tidur yang penting, seperti konsolidasi memori, regulasi emosi, dan pembelajaran. 


Bisa jadi, bagi sebagian orang, secangkir kopi sore hari tidak hanya membuat tidur jadi dangkal, tapi juga membuat otak tetap “berputar” semalaman.


Disadur dari PsyPost - Caffeine increases brain complexity during sleep, study shows.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama