Ilmuwan dari Spanyol dan Cina berhasil menciptakan jenis kayu baru yang kekuatannya menyaingi baja tahan karat namun jauh lebih ringan dan ramah lingkungan.
Ringkasan
- BioStrong Wood lebih kuat dari baja tahan karat tapi jauh lebih ringan dan menyerap lebih banyak energi.
- Dibuat lewat proses fermentasi jamur dan pemanasan, tanpa bahan kimia keras.
- Menyimpan karbon lebih banyak daripada emisinya—lebih ramah lingkungan daripada baja dan plastik.
DALAM dunia teknik modern, kayu sering dianggap terlalu lemah, terlalu lembap, dan terlalu tidak konsisten untuk digunakan dalam struktur atau produk yang presisi tinggi. Tapi anggapan itu mungkin akan berubah.
Sebuah tim ilmuwan dari University of the Basque Country, Wuhan University, dan Chinese Academy of Sciences mengembangkan BioStrong Wood.
Ini adalah kayu yang diolah dengan jamur dan panas hingga mencapai kekuatan lebih tinggi dari baja tahan karat tipe SAE 304, yakni mampu menahan tekanan tarik di atas 530 MPa.
Proses ini terinspirasi dari "kayu terkubur" alami, yaitu batang pohon yang jatuh dan terkubur di lumpur selama ratusan tahun.
Di bawah tekanan, suhu rendah, dan bantuan mikroba, kayu itu mengalami transformasi alami menjadi lebih padat, tahan air, dan mengilap seperti marmer.
Tim peneliti meniru proses ini dengan cara yang lebih cepat dan ramah lingkungan:
- Fermentasi jamur: Kayu jenis poplar dan pinus diinokulasi dengan jamur putih yang memecah bagian tertentu dari lignin (zat pengikat dalam kayu) tapi membiarkan struktur selulosa tetap utuh.
- Pencucian kimia ringan: Menghentikan proses jamur sambil membersihkan sisa-sisa ikatan kecil.
- Pemadatan panas: Papan kayu dipanaskan di atas 180°C sambil ditekan kuat, menciptakan ikatan baru dan menjadikan kayu sepadat tanduk.
Hasilnya? BioStrong Wood menyerap 11 kali lebih banyak energi sebelum patah dibanding kayu biasa, tahan terhadap suhu ekstrem dari -196°C hingga 120°C, serta nyaris tidak menyerap air.
Dalam pengujian cuaca buatan, kayu ini tidak menunjukkan pembengkakan atau jamur.
Bahkan dari sisi mikroskopik, kayu ini menunjukkan peningkatan kristalinitas selulosa dan nyaris tak ada pori-pori. Lignin hasil rekayasa ulang bertindak seperti lem epoksi alami, memperkuat dan menyegel kayu.
Selain kekuatannya, keunggulan utama lainnya adalah keberlanjutannya. Untuk setiap 1 kg BioStrong Wood, sekitar 1,2 kg karbon dioksida diserap dari atmosfer, bahkan setelah memperhitungkan energi dan bahan kimia yang digunakan.
Bandingkan dengan baja yang menghasilkan sekitar 1,9 kg CO₂ per kilogramnya!
Biaya produksinya diperkirakan hanya sekitar $0,30 per kilogram, lebih murah dari banyak material plastik kelas industri dan bersaing dengan kayu lapis konvensional.
BioStrong Wood bisa digunakan untuk panel kendaraan, perlengkapan olahraga, hingga casing ponsel yang tahan benturan.
Kayu ini juga cocok untuk insulasi kriogenik dan balok terbuka yang menampilkan estetika kayu alami tapi tahan lama seperti baja.
Karena bisa menggunakan berbagai jenis kayu lokal, produksi bisa disesuaikan dengan sumber daya di setiap wilayah.
Tentu saja, tantangan masih ada, di antaranya teknologi produksi massal, uji tahan api, dan sistem daur ulang akhir masa pakai masih perlu dikembangkan.
Namun para ilmuwan optimis. Dengan sedikit bantuan dari jamur, kita bisa membawa kayu kembali ke level elit rekayasa modern—tanpa merusak lingkungan.
Disadur dari Earth.com.
Posting Komentar