Waspada, 'Kemasan Cerah' Bikin Permen Ganja Terlihat Menarik Bagi Remaja

 Produk-produk ini mengandung zat psikoaktif yang tak layak konsumsi.


Produk-produk ini mengandung zat psikoaktif yang tak layak konsumsi.Ilustrasi dibuat oleh AI


Ringkasan

  • Remaja melihat produk ganja 'edibles' sebagai "sehat" atau "alami" karena kemasan yang mirip camilan umum.
  • Label seperti “vegan”, “organik”, dan desain cerah bikin produk terlihat trendy dan selaras dengan nilai pribadi remaja.
  • Regulasi kemasan ganja perlu melibatkan perspektif remaja agar lebih efektif membatasi daya tariknya bagi anak muda.


KEMASAN permen ganja yang berwarna cerah, berlabel “vegan” atau “buatan lokal”, ternyata bisa membuat produk ini terlihat seperti camilan sehat dan ramah lingkungan di mata remaja. 


Sebuah studi baru dari Washington State University (WSU) menunjukkan bahwa gaya kemasan seperti ini sangat menarik bagi remaja dan berpotensi menyesatkan persepsi mereka.


Peneliti dari WSU bekerja sama dengan Public Health – Seattle & King County untuk mengkaji bagaimana remaja berusia 13 hingga 17 tahun menanggapi kemasan produk ganja edibles seperti permen karet, cokelat, dan minuman bersoda berinfusi THC. 


Mereka menggunakan foto produk nyata dari toko-toko di Washington, dan mendiskusikannya dalam sesi fokus grup dan wawancara daring bersama 28 remaja.


Dalam penelitian yang dipublikasikan di Journal of Health Communication, peneliti menemukan hampir semua remaja tertarik dengan desain kemasan yang mencolok dan menyerupai makanan sehat. 


Beberapa bahkan mengatakan mereka akan memajang bungkusnya di kamar atau menjadikannya aksesori foto di media sosial. 


Label seperti “vegan” atau “buatan lokal” membuat produk ganja ini terasa cocok dengan gaya hidup mereka—meski mereka tahu isinya mengandung ganja.


“Yang mengejutkan kami adalah betapa sering produk ini dianggap sebagai sesuatu yang sehat atau alami,” kata Jessica Willoughby, salah satu penulis studi dan profesor komunikasi di WSU. 


“Jika ditambah warna mencolok dan rasa buah yang familiar, produk ini bisa terlihat seperti camilan biasa—bukan sesuatu yang mungkin membahayakan atau ilegal untuk remaja.”


Peneliti utama Stacey Hust menambahkan bahwa daya tarik kemasan bukan cuma soal tampilan, tapi juga nilai-nilai yang diasosiasikan oleh remaja. 


“Mereka menganggap produk ini keren, natural, dan selaras dengan jati diri mereka.”


Menariknya, remaja yang lebih akrab dengan ganja—baik karena pernah mencobanya atau karena lingkungan keluarga—lebih mampu mengenali simbol peringatan dan informasi dosis. 


Sebaliknya, yang belum pernah terpapar sering melewatkan label peringatan atau tidak tahu makna simbol ganja sama sekali.


Para peneliti menyarankan agar pembuat kebijakan mempertimbangkan perspektif remaja dalam menyusun aturan kemasan ganja dan meningkatkan literasi seputar ganja lewat pendidikan yang lebih tertarget. 


Mereka juga menyarankan pengaturan desain yang lebih tegas tanpa menghilangkan hak pemasaran bagi konsumen dewasa.


Meski di Indonesia ganja termasuk narkotika golongan I dan dilarang penggunaannya untuk rekreasi, produk edibles semacam ini bisa masuk lewat jalur online atau oleh-oleh dari luar negeri. 


Kasus-kasus penyelundupan permen ganja juga beberapa kali terjadi di Indonesia, seperti penangkapan paket berisi brownies ganja atau gummy bear THC oleh Bea Cukai dan BNN.


Sumber: EurekAlert - “Colorful, 'healthy' branding makes cannabis edibles appealing to teens, study finds.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama