Pemakan Bangkai Besar Hilang, Risiko Penyakit Manusia Justru Meningkat

 Penurunan populasi hewan pemakan bangkai kelas atas seperti burung nasar dan hyena ternyata bukan cuma kabar buruk buat alam, tapi juga buat manusia. 


Penurunan populasi hewan pemakan bangkai kelas atas seperti burung nasar dan hyena ternyata bukan cuma kabar buruk buat alam, tapi juga buat manusia.Ilustrasi dibuat oleh AI.


Ringkasan

  • Pemakan bangkai penting untuk kesehatan ekosistem dan manusia.
  • Penurunan populasi burung nasar dan hyena memicu penumpukan bangkai dan penyakit.
  • Perlindungan terhadap scavenger besar bisa jadi strategi kesehatan masyarakat.


PENELITIAN terbaru dari Stanford University menunjukkan bahwa hilangnya pemangsa bangkai utama ini bisa meningkatkan risiko penyebaran penyakit menular ke manusia. 


Tanpa mereka, bangkai hewan akan membusuk lebih lama di alam bebas, menciptakan sarang subur bagi mikroba dan patogen yang berbahaya.


Dalam dunia hewan, pemakan bangkai seperti burung nasar, elang, dan hyena adalah tim kebersihan super efektif. Mereka tidak hanya menghilangkan bangkai dengan cepat, tapi juga mencegah berkembangnya penyakit. 


Namun, karena perubahan habitat, racun, dan perburuan, banyak dari mereka kini makin langka.


Studi Stanford mengumpulkan data dari berbagai kawasan — mulai dari Afrika hingga Asia Selatan dan Amerika Latin — untuk menganalisis apa yang terjadi ketika scavenger besar ini lenyap dari ekosistem. 


Hasilnya? 


Bangkai hewan membusuk lebih lama, menarik tikus dan anjing liar, yang kemudian membawa penyakit zoonosis (penyakit dari hewan ke manusia) seperti rabies, leptospirosis, dan antraks.


Penelitian ini dikerjakan oleh tim dari Stanford Center for Innovation in Global Health dan melibatkan ahli ekologi, epidemiolog, hingga pembuat kebijakan. 


Mereka menemukan bahwa turunnya populasi pemakan bangkai bisa mempercepat rantai infeksi ke manusia, terutama di daerah padat penduduk atau yang dekat dengan hutan dan padang savana.


Contoh nyatanya adalah di India, di mana populasi burung nasar turun drastis sejak 1990-an karena keracunan obat veterinari. Akibatnya, jumlah anjing liar meningkat karena bangkai sapi tidak lagi cepat habis. Imbasnya? Kasus rabies melonjak drastis.


Hal yang sama juga terpantau di wilayah Afrika Timur, ketika populasi hyena dan burung pemakan bangkai lokal menurun. Bangkai satwa liar menumpuk, memicu berkembangnya lalat dan mikroorganisme penyebab penyakit.


Peneliti menyebutkan bahwa upaya menjaga populasi scavenger ini bukan hanya demi keanekaragaman hayati, tapi juga sebagai bentuk strategi kesehatan publik. 


Dengan menjaga keseimbangan ekosistem, kita secara tidak langsung juga menekan potensi wabah penyakit di masa depan.


Menurut Dr. Susanne Marczak, penulis utama studi ini, kebijakan konservasi seperti larangan penggunaan racun hewan, pengelolaan bangkai ternak, dan perlindungan habitat alami bisa berdampak ganda.


Selain menyelamatkan spesies, kebijakan seperti itu juga menyelamatkan manusia.


Sumber: Stanford Report - Decline in apex scavengers raises human disease risk


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama