Manusia Bisa "Melihat" dengan Suara, Ekolokasi Bukan Cuma Milik Kelelawar

Kemampuan untuk 'melihat' dengan suara bisa dipelajari siapa saja, bahkan orang yang memiliki penglihatan normal.


Kemampuan untuk 'melihat' dengan suara bisa dipelajari siapa saja, bahkan orang yang memiliki penglihatan normal.Ilustrasi dibuat oleh AI.


Ringkasan

  • Ekolokasi adalah kemampuan manusia untuk "melihat" menggunakan suara, mirip dengan sonar pada kelelawar atau lumba-lumba.
  • Penelitian menunjukkan bahwa baik orang tunanetra maupun yang memiliki penglihatan normal dapat belajar ekolokasi dalam waktu 10 minggu, dengan perubahan nyata pada otak mereka.
  • Ekolokasi dapat meningkatkan kemandirian dan navigasi, terutama bagi penyandang disabilitas penglihatan, dan berpotensi menjadi pelatihan umum seperti penggunaan tongkat putih.


BAYANGKAN kamu bisa menjelajahi kota asing, mendaki gunung, atau bahkan bersepeda tanpa melihat—hanya dengan mengandalkan suara klik dari lidahmu. 


Itulah yang dilakukan Daniel Kish, seorang tunanetra yang menguasai teknik ekolokasi layaknya kelelawar. Dan kabar baiknya, siapapun bisa mempelajari kemampuan itu. 


Dalam dunia fiksi, tokoh seperti Daredevil menggunakan ekolokasi untuk "melihat" tanpa mata. Namun, di dunia nyata, Daniel Kish membuktikan bahwa kemampuan ini bukan sekadar khayalan. 


Sejak kecil, Kish menggunakan klik lidah untuk menghasilkan gema yang membantunya memahami lingkungan sekitar. Dengan teknik ini, ia dapat berjalan sendiri di kota asing, mendaki, bahkan bersepeda.


Kish menyebut proses ini sebagai "membentuk gambar di otak dari pola suara yang dipantulkan." Dalam TED Talk-nya, ia menjelaskan bagaimana otaknya mengaktifkan korteks visual untuk memproses informasi dari gema suara.


Dr. Lore Thaler dari Durham University melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ekolokasi bisa dipelajari oleh orang dewasa. 


Dalam studi selama 10 minggu, 12 peserta tunanetra dan 14 peserta dengan penglihatan normal dilatih menggunakan teknik klik lidah. 


Mengutip Wired, hasilnya mengejutkan. Kedua kelompok menunjukkan peningkatan aktivitas di korteks visual (V1) dan korteks pendengaran (A1) mereka.


"Dulu dianggap bahwa hanya orang tunanetra yang bisa menguasai ekolokasi, tapi data kami tidak mendukung itu," kata Thaler. "Otak manusia sangat adaptif, terlepas dari kondisi penglihatan."


Ekolokasi bukan hanya trik keren; ia memiliki manfaat nyata. 


Penelitian menunjukkan bahwa praktisi ekolokasi dapat mendeteksi pergerakan objek sekecil 5 cm dari jarak satu meter. Mereka juga mampu membedakan bentuk objek, seperti apakah permukaannya cekung atau datar.


Dengan pelatihan yang tepat, ekolokasi dapat menjadi alat bantu navigasi yang efektif, terutama bagi penyandang disabilitas penglihatan. 


Organisasi seperti World Access for the Blind, yang dipimpin oleh Kish, telah melatih ribuan orang di berbagai negara untuk mengembangkan kemampuan ini.


Dr. Thaler berharap ekolokasi dapat menjadi bagian dari pelatihan standar bagi penyandang disabilitas penglihatan, sejajar dengan penggunaan tongkat putih. 


"Kami ingin ekolokasi diterima luas dan diajarkan secara profesional," ujarnya.


Dengan bukti bahwa otak manusia dapat beradaptasi dan belajar ekolokasi, masa depan di mana lebih banyak orang menggunakan "penglihatan suara" tampaknya bukan lagi sekadar impian.


Sumber Utama: Popular Mechanics – You Can Develop a Sixth Sense—And Transform Your Perception of Reality 


Post a Comment

أحدث أقدم