Penelitian terbaru menemukan bahwa warga Amerika Serikat jadi juara dunia dalam urusan mengumpat di internet—bahkan mengalahkan Inggris dan Australia yang dikenal punya lidah tajam.
Ringkasan
- AS jadi negara dengan frekuensi umpatan online tertinggi menurut studi berbasis data dari lebih dari 1,8 juta halaman web di 20 negara berbahasa Inggris.
- Bahasa kasar bukan sekadar makian, itu menunjukkan ekspresi, kreativitas, dan identitas budaya pengguna bahasa.
- Warga Australia ternyata lebih ‘sopan’ saat online, meski dikenal blak-blakan dalam percakapan sehari-hari.
DALAM studi yang dirilis di jurnal Lingua, tim ahli bahasa dari Australia menyelami dunia umpatan online melalui Global Web-Based English Corpus (GloWbE).
GloWbE merupakan bank data raksasa berisi hampir 2 miliar kata dari lebih dari 300 ribu situs di seluruh dunia.
Fokus peneliti, menganalisis 597 jenis kata kasar, lengkap dengan ejaan aneh dan varian slang-nya.
Hasilnya, Amerika Serikat menempati peringkat pertama dalam penggunaan kata-kata vulgar di internet. Di bawahnya ada Inggris dan Australia, lalu disusul oleh Singapura, Selandia Baru, Malaysia, dan Irlandia.
“Beberapa orang mungkin kecewa,” ujar Alexander Schweinberger, peneliti utama dari University of Queensland, “tapi data memang menunjukkan bahwa AS dan Inggris lebih sering mengumpat secara online dibanding Australia.”
Bahasa kasar ternyata tak sesederhana kedengarannya. “Kata-kata kotor itu kompleks dan punya banyak fungsi,” tulis Schweinberger dan rekannya, Prof. Kate Burridge dari Monash University.
Dari ekspresi frustrasi sampai humor, umpatan jadi cara manusia mengeksplorasi bahasa secara kreatif.
Mereka juga mengutip Charles Darwin: manusia punya dorongan kuat untuk jadi ekspresif dan mencari bentuk baru dalam berkomunikasi. Umpatan, dalam hal ini, jadi "taman bermain" bahasa yang paling bebas—liar tapi juga bermakna.
Sedikit mengejutkan
Mungkin mengejutkan, tapi orang Australia ternyata lebih menahan diri saat online. Schweinberger menduga ini karena budaya digital mereka lebih konservatif, berbeda dengan cara bicara sehari-hari yang memang dikenal ceplas-ceplos.
“Australia sangat bangga dengan budaya bahasa kasarnya,” katanya. “Tapi mungkin mereka lebih berhati-hati saat menulis online.”
Lebih dari sekadar lelucon atau umpatan emosional, studi ini juga membuka wawasan tentang bagaimana bahasa dipakai untuk membangun hubungan dan rasa memiliki.
Kata Schweinberger, memahami kapan (dan bagaimana) memakai bahasa informal seperti slang atau umpatan bisa jadi kunci untuk nyambung dengan orang lain—terutama di budaya baru.
Studi serupa juga menunjukkan bahwa umpatan bisa punya efek positif.
Penelitian dari Keele University, Inggris, misalnya, menemukan bahwa mengumpat bisa meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit dan membantu pelepasan emosi secara sehat.
Jadi, perlu ngomong kasar?
Ya, asal tahu tempat dan konteksnya. Dalam dunia yang makin global, kemampuan berbahasa bukan cuma soal grammar atau kosa kata, tapi juga tentang kapan kita harus menahan lidah, dan kapan boleh melepaskannya.
Sumber: Popular Science - US ranks first in swearing
إرسال تعليق