Selama hampir satu abad, kisah berdarah tentang pembantaian oleh tentara Romawi di benteng Maiden Castle, Inggris, dianggap sebagai fakta sejarah. Namun, sains modern baru saja membalikkan cerita itu.
Ringkasan:
- Radiokarbon menunjukkan kerangka berasal dari periode 50 SM hingga 30 M, bukan dari tahun 43 M saat invasi Romawi.
- Korban adalah laki-laki muda dari kalangan elite, banyak yang tewas dalam pembunuhan brutal, bahkan terkadang secara berpasangan.
- Kekerasan ini kemungkinan besar merupakan hasil perebutan kekuasaan internal, bukan akibat perang dengan bangsa luar.
MAIDEN CASTLE, sebuah benteng Zaman Besi yang megah di Dorset, Inggris, selama ini diyakini sebagai saksi bisu pembantaian oleh pasukan Romawi saat invasi tahun 43 M.
Anggapan ini berasal dari hasil penggalian tahun 1930-an oleh arkeolog ternama Sir Mortimer Wheeler, yang menemukan 34 kerangka dengan luka mengerikan.
Luka-luka itu termasuk kepala terbelah, tulang punggung tertancap tombak, hingga luka yang tampak seperti “kebrutalan berlebihan.”
Namun, penelitian baru yang dipublikasikan di Oxford Journal of Archaeology menunjukkan bahwa kisah itu salah besar.
Tim yang dipimpin Dr. Miles Russell dari Bournemouth University mengambil 22 sampel radiokarbon dari kerangka-kerangka tersebut.
Mereka menemukan bahwa mereka dikuburkan dalam rentang waktu sekitar 80 tahun, jauh sebelum Romawi tiba. Jadi, tak ada “pembantaian besar-besaran oleh pasukan asing” di sini.
Korban dari kalangan elite, bukan rakyat biasa
Yang menarik, para korban kebanyakan adalah laki-laki muda dengan pola luka parah yang berulang.
Analisis kimia pada tulang mereka menunjukkan pola makan tinggi protein—tanda bahwa mereka berasal dari kelas atas yang punya akses ke daging, berbeda dari petani biasa yang lebih banyak makan biji-bijian.
Lebih mengejutkan lagi, ada enam “makam ganda”—dua orang dikuburkan bersama—yang menunjukkan tingkat kekerasan tertinggi. Hampir semua jasad di kuburan ganda ini menunjukkan luka akibat senjata.
Pola ini mengindikasikan bahwa mereka bukan korban perang acak, tapi kemungkinan besar target dari pembunuhan sistematis.
Konflik elite, bukan penjajahan asing
Para peneliti menduga kekerasan ini berasal dari konflik internal antar elite suku Durotriges yang menghuni kawasan itu.
Dalam konteks masyarakat yang mewariskan status dan kekayaan lewat garis perempuan, para lelaki dari satu garis keturunan bisa dibunuh bersama untuk menghapus klaim kekuasaan masa depan—semacam “pembersihan dinasti” ala Zaman Besi.
Senjata yang dulu dikira panah Romawi ternyata adalah tombak lokal. Banyak “jejak Romawi” yang ditudingkan di situs itu kini dipahami sebagai senjata atau taktik lokal dalam konflik domestik.
Ironisnya, ketika akhirnya Romawi datang, mereka justru mungkin menghentikan siklus kekerasan ini.
Sejarah ditulis ulang — dan belum selesai
Penemuan ini mengguncang narasi sejarah yang selama ini diyakini. Kini, para ilmuwan mulai meninjau ulang situs-situs arkeologi lain di Inggris yang dulunya dianggap bukti kekejaman Romawi.
Penemuan seperti ini menunjukkan bahwa sejarah bukanlah sesuatu yang beku, tapi bisa berubah seiring kemajuan teknologi dan pemahaman.
Dan Maiden Castle masih menyimpan misteri. Menurut Paul Cheetham, arkeolog yang juga terlibat dalam studi ini, Wheeler dulu hanya menggali sebagian kecil situs ini.
Sangat mungkin masih ada banyak kuburan lain yang belum ditemukan—dan mungkin kisah-kisah baru yang belum terungkap.
Sumber: Study Finds - Modern Science Debunks Story Behind Britain’s Most Famous ‘War Cemetery’
إرسال تعليق