Boros Energi, AI Bisa Bikin Konsumsi Listrik di Seluruh Dunia Melonjak

 AI bukan tidak mungkin akan menjadi penyumbang utama lonjakan konsumsi listrik di seluruh dunia, melebihi konsumsi dari aktivitas berat energi seperti penambangan Bitcoin.


AI bukan tidak mungkin akan menjadi penyumbang utama lonjakan konsumsi listrik di seluruh dunia, melebihi konsumsi dari aktivitas berat energi seperti penambangan Bitcoin.    Foto Ilustrasi: DC Studio/FreepikFoto Ilustrasi: DC Studio/Freepik


Ringkasan:

  • Konsumsi listrik AI bisa menyentuh hampir setengah dari total pemakaian energi data center dunia di akhir 2025.
  • Perusahaan teknologi besar seperti Google dan Microsoft mulai mengakui AI sebagai penyebab utama naiknya emisi karbon mereka.
  • Kurangnya transparansi dari perusahaan soal penggunaan energi AI membuat prediksi konsumsi listrik masih penuh ketidakpastian.


PERMINTAAN listrik dari kecerdasan buatan (AI) kini menyumbang hingga 20 persen konsumsi energi data center global. Angka itu bisa naik hampir dua kali lipat sebelum akhir tahun.


Demikian menurut analisis terbaru yang terbit di jurnal Joule.

 

Penelitian ini ditulis oleh Alex de Vries-Gao, pendiri Digiconomist, yang sejak lama meneliti dampak lingkungan dari aktivitas digital seperti penambangan Bitcoin. 


Kali ini, dia mengalihkan fokusnya ke AI karena ledakan penggunaannya, terutama setelah kehadiran ChatGPT dan model bahasa besar lainnya. 


De Vries-Gao bahkan memperkirakan bahwa kebutuhan listrik AI akan melampaui penambangan Bitcoin sebelum tahun ini berakhir.


“Uang yang dikucurkan Google, Microsoft, dan raksasa teknologi lainnya untuk AI jauh lebih besar dibanding apa yang dihabiskan para penambang Bitcoin,” ujar De Vries-Gao. 


“Ini berkembang jauh lebih cepat dan jadi ancaman yang lebih besar.”


Laporan keberlanjutan Google tahun 2024 mengungkap bahwa emisi gas rumah kaca mereka naik 48 persen sejak 2019. Salah satu biangnya? AI. 


Google bahkan menyatakan bahwa semakin dalam mereka mengintegrasikan AI ke produknya, semakin sulit juga menurunkan emisi karena kebutuhan energi yang melonjak.


Menurut laporan dari International Energy Agency (IEA), data center menyumbang sekitar 1,5 persen konsumsi energi global pada 2024—sekitar 415 terawatt-jam, hampir setara dengan kebutuhan energi tahunan Arab Saudi. 


Dan angka ini diprediksi bisa melonjak jadi lebih dari 900 TWh di akhir dekade, didorong oleh ekspansi besar-besaran untuk mendukung kapasitas AI.


Berapa listrik yang benar-benar dikonsumsi AI? 


Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk mengukur konsumsi energi AI, mulai dari menghitung energi untuk sekali pencarian ChatGPT hingga menelusuri jalur produksi perangkat keras, angka pastinya masih sulit dipastikan. 


Perusahaan teknologi besar masih tertutup soal detail penggunaan energi mereka. 


Bahkan Google, yang pernah merilis data konsumsi listrik untuk machine learning pada 2022, belum memutakhirkan informasinya sejak peluncuran Google Gemini.


Menurut Sasha Luccioni, peneliti AI dan energi dari Hugging Face, tanpa keterbukaan dari perusahaan, penelitian seperti ini memang terpaksa harus menebak-nebak. 


“Karena kita tidak punya datanya, ya terpaksa harus mengira-ngira,” katanya.


De Vries-Gao menambahkan, jika perusahaan-perusahaan teknologi besar cukup terbuka seperti Google tiga tahun lalu, maka kita bisa punya gambaran yang jauh lebih jelas soal seberapa besar energi yang dikonsumsi AI saat ini.


Sumber: Wired - AI Is Eating Data Center Power Demand—and It’s Only Getting Worse


Post a Comment

أحدث أقدم