Temuan ini bukan cuma indah secara visual, tapi juga penting buat memahami bagaimana planet-planet besar terbentuk, bahkan memberi gambaran soal masa muda Tata Surya kita sendiri.
Gambaran ilustrasi Sistem YSES-1 yang terdiri dari bintang seukuran Matahari ~16 juta tahun lalu di bagian tengah, YSES-1 b dan cakram sirkum planetnya yang berdebu (kanan), dan YSES-1 c dengan awan silikat di atmosfernya (kiri). Gambar: Ellis Bogat/Trinity College Dublin
Ringkasan
- Awan silikat (mirip pasir) ditemukan di atmosfer eksoplanet YSES-1c, jadi yang paling jelas terdeteksi sejauh ini.
- Cakram circumplanetary di YSES-1b bisa jadi tempat pembentukan bulan, meskipun usianya terlalu tua untuk masih punya piringan seperti itu menurut teori lama.
- Sistem YSES-1 bantu para ilmuwan mengamati langsung pembentukan planet mirip Jupiter dan mempelajari bahan dasar pembentuk Tata Surya kita.
PARA astronom dari Trinity College Dublin dan berbagai institusi lain, dipimpin oleh Dr. Kielan Hoch dan Dr. Evert Nasedkin, berhasil mengambil spektrum dua eksoplanet raksasa, YSES-1b dan YSES-1c.
Dalam usahanya mengambil spektrum dua planet yang mengorbit bintang mirip Matahari kita, para peneliti menggunakan instrumen canggih di Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST).
Kedua planet ini berukuran beberapa kali Jupiter dan berada cukup jauh dari bintangnya, jadi cocok untuk diamati langsung karena masih "panas" dari proses pembentukannya.
Tujuan utama pengamatan ini adalah untuk mempelajari atmosfer kedua planet. Dengan melihat spektrum cahaya inframerah yang dipancarkan, para ilmuwan bisa tahu zat apa saja yang menyusun atmosfernya.
Dan, hasilnya benar-benar bikin kagum.
YSES-1c, planet yang lebih kecil dan lebih jauh, punya awan silikat yang terlihat jelas di inframerah sedang—artinya partikel sejenis pasir melayang-layang di atmosfernya.
Ini adalah sinyal silikat terkuat yang pernah terdeteksi di eksoplanet!
Tim juga berhasil mengidentifikasi bentuk, ukuran, dan komposisi kimianya lewat pemodelan yang rumit.
Sementara itu, YSES-1b, si planet bagian dalam, punya kejutan lain: sebuah cakram material yang mengitari planet itu, padahal secara teori, cakram seperti itu hanya muncul pada usia planet yang sangat muda (di bawah 10 juta tahun).
Nah, YSES-1b sudah berumur sekitar 16,7 juta tahun, jadi keberadaan cakram ini menimbulkan pertanyaan baru soal bagaimana dan seberapa lama “pabrik bulan” bisa bertahan.
Dr. Nasedkin menyebut sistem YSES-1 sebagai “jendela unik” untuk melihat proses pembentukan planet dan atmosfernya secara langsung.
Karena hanya sedikit eksoplanet yang bisa difoto langsung (direct imaging), data dari sistem ini sangat berharga bagi dunia astronomi.
Penelitian ini bukan hanya soal teknologi tinggi, tapi juga kreativitas manusia.
Dr. Hoch mengungkapkan bahwa proposal proyek ini sudah dirancang sebelum JWST diluncurkan, dan ternyata berhasil menangkap dua planet sekaligus dalam satu bidikan—“dua planet dalam satu tembakan,” katanya.
Namun, hasilnya malah bikin para ilmuwan makin bingung. Jarak antara kedua planet terlalu jauh untuk dijelaskan teori pembentukan planet yang berlaku saat ini.
Jadi, temuan awan silikat di YSES-1c dan debu panas di YSES-1b justru menambah misteri baru tentang bagaimana planet-planet raksasa bisa terbentuk dan berkembang.
Penelitian ini juga jadi ajang pembuktian generasi baru ilmuwan muda: lima penulis pertama dalam jurnal ilmiah Nature berasal dari kalangan postdoc dan mahasiswa doktoral.
Kreativitas dan kerja keras mereka jadi kunci dari penemuan multidisiplin ini.
Sumber: Science Daily - Sand clouds and moon nurseries: Webb’s dazzling exoplanet reveal
إرسال تعليق