AI Mempermudah Pekerjaan Manusia, tapi Dapat Merampas Salah Satu Anugerah Kita

 AI menghemat uang, waktu, dan tenaga tetapi sebagai gantinya ia dapat merampas salah satu anugerah alami paling berharga yang dimiliki manusia.


AI menghemat uang, waktu, dan tenaga tetapi sebagai gantinya ia dapat merampas salah satu anugerah alami paling berharga yang dimiliki manusia.    Foto Ilustrasi: FreepikFoto Ilustrasi: Freepik


Ringkasan: 

  • Penggunaan AI dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis manusia. 
  • Individu yang lebih muda dan lebih tergantung pada AI memiliki penurunan kemampuan berpikir kritis yang lebih besar.
  • Mereka dengan pendidikan yang lebih tinggi lebih mungkin untuk memverifikasi informasi yang diberikan oleh AI.


ngarahNyaho - Sebuah studi mengungkap aspek yang belum tereksplorasi dampak dari penggunaan kecerdasan buatan atau AI. Temuannya mengkhawatirkan!


Para ilmuwan melakukan survei dan wawancara dengan 666 orang dari berbagai kelompok usia dan latar belakang pendidikan yang menggunakan berbagai alat AI secara teratur. 


Mereka menemukan beberapa wawasan mengejutkan tentang hubungan antara meningkatnya penggunaan AI dan dampaknya pada kognisi manusia.


“Studi kami menyelidiki hubungan antara penggunaan alat AI dan keterampilan berpikir kritis, dengan fokus pada pemindahan kognitif sebagai faktor mediasi.” 


Demikian Michael Gerlich, penulis studi dan kepala pendidikan eksekutif di Swiss Business School (SBS) seperti dikutip dari ZME Magazine.


Pembongkaran kognitif mengacu pada kecenderungan manusia untuk bergantung pada alat-alat seperti kalkulator, telepon pintar, dan komputer untuk mengurangi upaya mental. 


Meskipun hal ini menghemat waktu dan tenaga, kadang-kadang hal ini membuat kita kurang terampil dalam melakukan tugas-tugas tersebut secara mandiri.


“Saya menggunakan alat AI untuk hampir semua hal—entah itu mencari restoran atau membuat keputusan cepat di tempat kerja," ujar salah seorang peserta studi tersebut. 


"Ini menghemat waktu, tetapi saya bertanya-tanya apakah saya kehilangan kemampuan untuk memikirkan segala sesuatunya secara menyeluruh seperti sebelumnya," lanjutnya.


Melalui penelitiannya, Gerlich meneliti bagaimana pelepasan kognitif dari meningkatnya penggunaan AI dapat memengaruhi keterampilan berpikir kritis manusia. 


Ia pertama-tama membagi peserta menjadi tiga kelompok usia; 17 hingga 25, 26 hingga 45, dan di atas 46. Ia kemudian meminta mereka untuk mengisi kuesioner dengan empat bagian yang terdiri dari total 23 pertanyaan.


Bagian pertama berfokus pada rincian demografi, seperti usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. 


Bagian kedua menanyakan tentang seberapa sering peserta menggunakan alat AI, dan seberapa besar mereka mengandalkannya untuk tugas-tugas seperti mencari informasi dan membuat keputusan.


Bagian ketiga mengeksplorasi seberapa banyak peserta menggunakan perangkat digital, seperti telepon pintar dan komputer, untuk tugas-tugas memori dan pemecahan masalah, yang dikenal sebagai pemindahan kognitif. 


Kemudian, bagian terakhir menilai keterampilan berpikir kritis peserta, baik melalui laporan diri maupun evaluasi langsung.


Selain itu, “wawancara semi-terstruktur dilakukan terhadap 50 peserta untuk mendapatkan wawasan lebih mendalam tentang pengalaman dan persepsi terkait penggunaan alat AI dan pemikiran kritis,” kata Gerlich.


Gerlich menemukan bahwa di antara semua kelompok usia, individu yang berpendidikan tinggi lebih cenderung memeriksa ulang informasi yang mereka peroleh dari program AI. 


Sementara itu, mereka yang tingkat pendidikannya lebih rendah tidak mengevaluasi informasi yang diberikan AI kepada mereka. Mereka hanya mengikuti apa yang disarankan program AI kepada mereka. 


Namun demikian, baik individu yang berpendidikan tinggi maupun yang berpendidikan rendah memiliki ketakutan yang sama akan hilangnya kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah akibat ketergantungan mereka pada AI.


“Di semua kelompok umur, ada kekhawatiran bersama tentang dampak jangka panjang perangkat AI terhadap keterampilan kognitif," kata Gerlich.


"Para peserta menyatakan keyakinannya bahwa ketergantungan mereka pada AI dapat mengurangi kemampuan mereka untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah secara mandiri.” 


Data kuantitatif dari penelitian tersebut mengonfirmasi bahwa peningkatan penggunaan AI dikaitkan dengan peningkatan pemindahan kognitif dan penurunan keterampilan berpikir kritis.


“Wawancara tersebut menguatkan hasil kuantitatif, memperkuat kesimpulan bahwa ketergantungan yang besar pada perangkat AI dikaitkan dengan berkurangnya kemampuan berpikir kritis dan meningkatnya pelepasan kognitif,” imbuh Gerlich.


Kenaikan dan penurunan ini lebih intens pada pengguna AI yang lebih muda, dibandingkan dengan peserta yang lebih tua. Hal ini karena semakin muda usia seseorang, semakin ia bergantung pada perangkat AI.


Tidak diragukan lagi bahwa alat AI meningkatkan efisiensi, menghemat waktu, dan memungkinkan manusia melakukan tugas kompleks dengan mudah. Namun, penting untuk menjaga keterampilan kognitif penting kita tetap tajam.


Keterampilan ini tidak hanya membantu kita memecahkan masalah tetapi juga memungkinkan kita beradaptasi terhadap perubahan dalam kehidupan pribadi dan profesional kita.


Studi Gerlich dan rekan-rekannya itu diterbitkan dalam jurnal Societies. |Sumber: ZME Magazine


Post a Comment

أحدث أقدم