Tabir Misteri Batuan Luar Angkasa yang Membingungkan Mulai Tersingkap

Asteroid kaya karbon berlimpah di luar angkasa tetapi jumlahnya kurang dari 5 persen dari meteorit yang ditemukan di Bumi. Sebuah tim ilmuwan menjelajahi dunia untuk menemukan jawabannya.


Asteroid kaya karbon berlimpah di luar angkasa tetapi jumlahnya kurang dari 5 persen dari meteorit yang ditemukan di Bumi. Sebuah tim ilmuwan menjelajahi dunia untuk menemukan jawabannya.    Foto Ilustrasi: Javier Miranda/UnsplashFoto Ilustrasi: Javier Miranda/Unsplash

      

Ringkasan:

  • Meteorit kaya karbon jarang ditemukan di Bumi karena sudah hancur saat mendekati Matahari atau saat memasuki atmosfer.
  • Material ini penting karena mengandung air dan senyawa organik yang bisa menjelaskan asal-usul kehidupan.
  • Penelitian ini bisa mengubah arah misi luar angkasa dan cara kita memahami sejarah tata surya dan kehidupan di Bumi.


SEBUAH misteri lama dalam ilmu antariksa akhirnya mendapat titik terang berkat kerja sama internasional para ilmuwan. 


Meski asteroid yang kaya karbon melimpah di luar angkasa, mengapa hanya kurang dari 5 persen meteorit yang ditemukan di Bumi mengandung karbon?


Jawabannya ternyata ada pada dua penjaga tak terlihat: atmosfer Bumi dan Matahari.


Para ilmuwan dari Curtin University (Australia), Paris Observatory (Prancis), International Centre for Radio Astronomy Research (ICRAR), serta sejumlah institusi lain bergabung untuk bisa mendapatkan jawaban itu. 


Para peneliti dari lintas negara itu menganalisis hampir 8.500 meteoroid dan dampaknya terhadap Bumi. Data tersebut berasal dari 19 jaringan pengamat bola api yang tersebar di 39 negara di seluruh dunia.


Hasilnya dipublikasikan dalam jurnal Nature Astronomy dan mengungkap bahwa meteoroid yang kaya karbon sangat rapuh, sehingga jarang berhasil sampai ke permukaan Bumi.


“Sudah lama kami curiga bahwa material karbon yang lemah tak mampu bertahan saat memasuki atmosfer,” kata Dr Hadrien Devillepoix dari Curtin Institute of Radio Astronomy. 


“Namun ternyata, banyak dari mereka bahkan tak sempat memasuki atmosfer sama sekali — mereka sudah hancur karena panas ketika berulang kali melintasi dekat Matahari.”


Asteroid kaya karbon, atau dikenal juga sebagai meteor karbonaseus, sangat penting bagi ilmu pengetahuan karena mengandung air dan molekul organik, termasuk asam amino — bahan dasar bagi munculnya kehidupan.


Namun karena sangat sedikit dari jenis ini yang berhasil sampai ke Bumi dan dikoleksi, para ilmuwan khawatir bahwa pemahaman kita tentang asal-usul kehidupan dan sejarah tata surya menjadi sangat terbatas.


Dr Patrick Shober dari Paris Observatory menjelaskan:


“Meteor karbonaseus adalah bahan kimia paling primitif yang bisa kita pelajari. Tapi jika sebagian besar dari mereka hancur sebelum sampai ke Bumi, maka kita hanya melihat sepotong kecil dari keseluruhan teka-teki kosmik.”


Penelitian ini juga menemukan bahwa meteoroid hasil gangguan pasang surut — ketika asteroid terpecah karena melintas terlalu dekat dengan planet — sangat rapuh, dan hampir pasti tak bisa bertahan saat memasuki atmosfer.


Penemuan ini bukan hanya berdampak pada cara kita memahami meteorit, tetapi juga dapat memengaruhi:

  • misi asteroid masa depan,
  • penilaian potensi bahaya tumbukan meteorit, dan
  • teori tentang bagaimana air dan bahan organik sampai ke Bumi.


Dengan kata lain, jika kehidupan di Bumi berasal dari luar angkasa, kita mungkin baru melihat sebagian kecil dari kisah besarnya — karena sisanya telah terbakar habis sebelum sempat bercerita.***


Sumber: Disadur dari EurekAlert, "Scientists may have solved a puzzling space rock mystery"


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama