Akibatnya, menjadi semakin terpolarisasi secara emosional seiring waktu.
Ringkasan:
- Orang yang merasa tahu segalanya soal politik cenderung makin marah saat diajak debat online.
- Diskusi lintas kubu justru memperkuat kebencian kalau lawannya overkonfiden.
- Solusinya? Ajari orang mengenali batas pengetahuannya, bukan cuma tambah informasi.
SEBUAH studi baru yang terbit di Communication Research menunjukkan, orang yang terlalu percaya diri dengan pengetahuan politiknya cenderung bereaksi lebih negatif dalam diskusi daring atau online.
Penelitian ini mengungkap mengapa diskusi lintas kubu politik—yang seharusnya bisa menjembatani perbedaan—malah sering memperkeruh suasana.
Kuncinya terletak pada dua fenomena psikologis:
- afektif polarisasi (kecenderungan untuk membenci atau tidak percaya pihak lawan politik)
- dan efek Dunning-Kruger (bias yang membuat orang dengan kemampuan rendah merasa dirinya tahu lebih banyak dari kenyataannya).
Ketika Keyakinan Melebihi Pengetahuan
Dalam studi ini, para peneliti dari Korea Selatan menyurvei lebih dari 1.000 responden dua kali selama awal 2022. Mereka menilai seberapa besar orang menilai pengetahuan politik merekadan membandingkannya dengan skor kuis pengetahuan politik aktual.
Hasilnya, mereka yang melebih-lebihkan pengetahuan mereka jauh lebih mungkin merespons perbedaan pendapat dengan permusuhan, khususnya dalam interaksi online yang lebih bebas dari norma sosial.
Diskusi lintas kubu dengan mereka yang overkonfiden justru memicu respons oposisi yang memperkuat kebencian antar kubu. Sebaliknya, pada mereka yang meremehkan pengetahuannya, efek ini tidak muncul secara signifikan.
Media Sosial: Ladang Pertempuran Ego Politik
Temuan ini menjelaskan mengapa percakapan antar kubu politik di media sosial sering gagal membangun pengertian. Bukannya jadi ruang dialog, diskusi justru menjadi arena untuk memvalidasi ego—terutama bagi mereka yang yakin mereka "paling benar".
Para peneliti menyarankan bahwa intervensi untuk meredam polarisasi sebaiknya tidak hanya fokus pada edukasi politik, tapi juga pada pengendalian kepercayaan diri yang berlebihan.
Membantu orang menyadari batasan pengetahuannya sendiri (metakognisi) bisa menurunkan potensi konflik dalam diskusi.
Meski demikian, studi ini punya keterbatasan. Data berasal dari laporan diri yang bisa bias, hanya mencakup interaksi online, dan belum mengamati efek jangka panjang.
Riset lanjutan diharapkan bisa menggali bagaimana kerendahan hati intelektual bisa jadi penawar polarisasi.***
Sumber: Disadur dari PsyPost, "Political overconfidence worsens polarization in online debates"
Posting Komentar