Saat Zaman Es Berakhir, Sirkulasi Laut Mengatur Ulang Panas Bumi

Data inti es Antartika terbaru mendukung prediksi model kandungan panas laut selama masa glasial dan interglasial.


Data inti es Antartika terbaru mendukung prediksi model kandungan panas laut selama masa glasial dan interglasial.    Foto Ilustrasi: Bernd Dittrich/UnsplashFoto Ilustrasi: Bernd Dittrich/Unsplash


Ringkasan:

  • Kandungan panas laut meningkat saat Zaman Es berakhir, terutama ketika arus laut Atlantik (AMOC) melemah.
  • Rasio gas mulia dalam inti es Antarktika menjadi bukti nyata bahwa model iklim selama ini cukup akurat dalam memprediksi hubungan AMOC dan panas laut.
  • AMOC memainkan peran penting dalam mengatur iklim Bumi, dari suhu laut hingga kadar CO₂ dan permukaan laut selama ribuan tahun terakhir.


LAUTAN adalah "penyimpanan panas" terbesar di planet kita. Sekitar 90% dari panas berlebih akibat pemanasan global tidak tinggal di atmosfer, melainkan tersimpan di dalam samudra. 


Sebab itu, heran jika kandungan panas laut (ocean heat content) menjadi indikator penting untuk memahami perubahan iklim jangka panjang.


Selama 1,2 juta tahun terakhir, Bumi mengalami siklus Zaman Es dan periode hangat antar-zaman es (interglasial) setiap sekitar 100.000 tahun.


Kita saat ini hidup di era interglasial, setelah Zaman Es terakhir mencapai puncaknya sekitar 20.000 tahun yang lalu.


Dalam beberapa tahun terakhir, model iklim menunjukkan, kandungan panas laut tidak hanya berubah selama ribuan tahun saat Zaman Es datang dan pergi, tapi juga dalam skala yang lebih pendek, hanya dalam beberapa ribu tahun. 


Penyebabnya adalah perubahan kekuatan AMOC (Atlantic Meridional Overturning Circulation) — sistem arus laut Atlantik yang mengangkut air hangat ke utara dan air dingin ke selatan.


Model menunjukkan bahwa ketika AMOC melemah, kandungan panas laut justru meningkat. Namun, bukti nyata dari masa lalu Bumi untuk mendukung teori ini masih langka — hingga kini.


Dalam studi baru yang dipimpin oleh Grimmer dan rekan-rekannya, tim ilmuwan berhasil menyusun rekaman pertama kandungan panas laut dari akhir empat Zaman Es terakhir dan masa-masa hangat sesudahnya. 


Mereka membandingkan prediksi model iklim dengan data paleoklimat yang diambil dari inti es sedalam 3.260 meter di Antarktika Timur, hasil proyek EPICA (European Project for Ice Coring in Antarctica).


Bagaimana caranya? Tim ini menganalisis rasio gas mulia (seperti argon dan xenon) yang terperangkap dalam lapisan es. Rasio gas-gas ini mencerminkan suhu laut di masa lalu — semacam "sidik jari panas" dari zaman purba.


Hasilnya mengejutkan sekaligus membenarkan prediksi model:

  • Di akhir setiap Zaman Es, saat Bumi mulai menghangat, kandungan panas laut meningkat, dan ini berkorelasi dengan melemahnya AMOC.
  • Ketika AMOC menguat, kandungan panas laut justru turun atau hanya meningkat secara perlahan.
  • Perubahan ini berlangsung dalam skala ribuan tahun, dan berkaitan erat dengan perubahan kadar CO₂, permukaan laut, serta iklim global.


Penelitian ini memperkuat dugaan bahwa AMOC adalah pemain kunci dalam mengatur suhu lautan dan iklim Bumi selama transisi antara Zaman Es dan periode hangat. 


Dampaknya bisa dirasakan hingga ke atmosfer dan perubahan ekosistem global.***


Sumber: Disadur dari artikel di Eos.org, "When Ice Ages End, Ocean Circulation Fine-Tunes Ocean Heat"


Post a Comment

أحدث أقدم