Robot NASA dengan Penglihatan Sinar-X Akan Amati Bumi dari Bulan

Dengan menggunakan sensor sinar-X, perangkat tersebut akan mengamati atmosfer Bumi yang "bernapas keluar dan masuk" untuk mengungkap misteri utama cuaca antariksa.


Ilustrasi artistik LEXI di wahana pendarat Blue Ghost milik Firefly Aerospace. (Gambar: Firefly Aerospace/NASA)Ilustrasi artistik LEXI di wahana pendarat Blue Ghost milik Firefly Aerospace. (Gambar: Firefly Aerospace/NASA)


Ringkasan: 

  • Robot NASA LEXI akan mendarat di bulan dan mengamati Bumi dengan visi X-ray.
  • LEXI akan merekam gambar global medan magnet Bumi yang "bernapas" keluar dan masuk.
  • Misi LEXI untuk memahami cuaca ruang angkasa dan melindungi infrastruktur di luar angkasa.


ngarahNyaho  - NASA mengumumkan akan mengirimkan robot ke Bulan untuk menangkap gambar global pertama dari medan magnet Bumi yang "bernapas" masuk dan keluar dari permukaan satelit kita itu.


Lunar Environment Heliospheric X-ray Imager (LEXI) merupakan sebuah instrumen yang dapat mendeteksi sinar-X yang memantul dari magnetosfer Bumi.


Robot tersebut merupakan bagian dari muatan yang akan diluncurkan ke antariksa dengan wahana Blue Ghost Lander milik Firefly Aerospace pada tanggal 15 Januari 2025.


Setelah mendarat di permukaan bulan, instrumen tersebut akan menyala sebelum mengarahkan pandangannya kembali ke Bumi selama enam hari.


LEXI akan mengumpulkan gambar medan magnet planet kita dengan mendeteksi sinar-X berenergi rendah yang terpantul dari permukaannya.


"Kami berharap dapat melihat magnetosfer bernapas keluar dan bernapas masuk, untuk pertama kalinya," kata Hyunju Connor, astrofisikawan di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA di Greenbelt, Maryland.


"Ketika angin matahari sangat kuat, magnetosfer akan menyusut dan mendorong mundur ke arah Bumi, lalu mengembang ketika angin matahari melemah," lanjut Connor yang juga pimpinan NASA untuk LEXI.


Magnetosfer Bumi terbentuk oleh pengadukan logam di dalam inti cair planet kita, dan melindungi kita dari sinar kosmik yang berbahaya serta angin matahari bermuatan listrik yang terus-menerus meluncur dari matahari. 


Ketika radiasi mengenai magnetosfer Bumi, radiasi tersebut akan dipantulkan atau terperangkap di sepanjang garis medan magnet sebelum menghujani kutub dalam proses yang dikenal sebagai penyambungan kembali magnetik.


Badai geomagnetik yang dihasilkan dapat menyebabkan aurora yang spektakuler muncul di langit planet kita, tetapi badai tersebut juga dapat merusak peralatan elektronik, menghapus server data, dan membuat satelit jatuh dari luar angkasa.


Hal ini membuat pertanyaan yang masih ada tentang bagaimana partikel ruang angkasa jatuh ke Bumi (termasuk apakah mereka melakukannya secara bersamaan atau dalam semburan) menjadi semakin penting untuk dijawab.


"Kami ingin memahami bagaimana alam berperilaku," kata Connor, "dan dengan memahami hal ini kami dapat membantu melindungi infrastruktur kami di ruang angkasa."


Meskipun perjalanan bulan ini adalah pertama kalinya LEXI, atau detektor apa pun, akan menangkap gambaran lengkap magnetosfer Bumi, ini bukanlah perjalanan pertama instrumen tersebut ke ruang angkasa. 


Pada tahun 2012, LEXI, yang saat itu bernama STORM (Sheath Transport Observer for the Redistribution of Mass), diluncurkan ke ruang angkasa dengan roket penguji untuk mengumpulkan gambar sinar-X sebelum jatuh kembali ke Bumi.


Setelah perbaikan beberapa komponen dan optik utama, instrumen tersebut sekarang siap untuk terbang lagi.


"Kami mencoba untuk mendapatkan gambaran besar tentang lingkungan ruang angkasa Bumi," kata Brian Walsh, fisikawan ruang angkasa di Universitas Boston dan peneliti utama LEXI, dalam pernyataan tersebut. 


"Banyak ilmu fisika yang mungkin bersifat esoteris atau sulit dipahami tanpa pelatihan khusus selama bertahun-tahun, tetapi ini akan menjadi ilmu yang dapat Anda lihat." |Sumber: Live Science


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama