Merah, Kuning, dan Biru: Warna Primer Tak Sesederhana yang Kita Kira

Sistem warna lebih kompleks, ada teori aditif yang berbasis cahaya dan subtraktif yang berbasis pigmen. 


Sistem warna lebih kompleks, ada teori aditif yang berbasis cahaya dan subtraktif yang berbasis pigmen.Foto Ilustrasi: Mateus Andre/Freepik


Ringkasan 

  • Warna primer tidak tunggal: ada versi aditif (RGB) dan subtraktif (CMY).
  • Merah, kuning, biru (RYB) populer di dunia seni, tapi tidak ilmiah sepenuhnya.
  • Sistem RGB cocok untuk cahaya, sedangkan CMY optimal untuk tinta, cat, dan percetakan.


GOOGLE mungkin bilang warna primer itu merah, kuning, dan biru (RYB). Itu betul untuk pelajaran seni dasar, karena dari ketiganya bisa tercipta oranye, hijau, hingga ungu. 


Namun, Isaac Newton di abad ke-17 menemukan hal lain, ketika cahaya merah, hijau, dan biru digabung, hasilnya justru cahaya putih. Dari sinilah lahir teori warna aditif.


Dalam sistem aditif, warna primer adalah merah, hijau, dan biru (RGB). Sistem ini dipakai layar TV, monitor, dan smartphone. 


Saat tiga warna cahaya ditumpuk, muncul warna-warna baru, termasuk kuning (dari merah + hijau), magenta (dari merah + biru), dan cyan (dari hijau + biru). 


Teori Subtraktif: Dunia Pigmen


Berbeda dengan cahaya, dunia cat, tinta, dan kain mengikuti teori subtraktif. Di sini, pigmen bekerja dengan menyerap sebagian cahaya dan memantulkan sisanya. 


Sistem subtraktif modern menggunakan cyan, magenta, dan kuning (CMY). Inilah dasar percetakan modern (CMYK, dengan tambahan tinta hitam untuk memperkuat kontras).


Misalnya, kertas putih memantulkan semua cahaya. Jika kita tambahkan tinta kuning, ia menyerap cahaya biru sehingga tampak kuning. Campuran magenta dan kuning menghasilkan merah. 


Jadi, sebenarnya warna merah bukan warna primer sejati, melainkan hasil dari pigmen lain. 


Lalu kenapa sejak kecil kita diajarkan RYB, bukan CMY? Menurut Stephen Westland, profesor ilmu warna dari University of Leeds, jawabannya sederhana, sejarah dan intuisi. 


RYB mudah diajarkan ke anak-anak karena terasa logis, padahal secara ilmiah tidak menghasilkan rentang warna seluas CMY. Akibatnya, banyak orang mengira merah dan biru adalah warna dasar “murni”.


Warna dalam Pikiran


Selain cahaya dan pigmen, ada juga teori warna psikologis. Otak manusia cenderung mengenali empat warna utama: merah, kuning, hijau, dan biru.


Ini tidak selalu sama dengan teori aditif atau subtraktif, tetapi menunjukkan bagaimana otak mengkategorikan warna pada tingkat persepsi.


Singkatnya, merah dan biru bukan warna dasar mutlak. Dalam dunia fisik, warna dasar optimal adalah RGB (cahaya) dan CMY (pigmen). 


Jadi, kalau selama ini kita merasa percaya diri bahwa merah, kuning, dan biru adalah jawaban final, ternyata itu cuma setengah cerita.


Disadur dari How Stuff Works


Post a Comment

أحدث أقدم