Bukan Sekadar Fantasi Sains, Membaca Pikiran Itu Kini Nyata

Para ilmuwan kini berhasil melangkah lebih jauh dalam upaya menerjemahkan pikiran manusia secara langsung. 


Para ilmuwan kini berhasil melangkah lebih jauh dalam upaya menerjemahkan pikiran manusia secara langsung.Ilustrasi dibuat oleh AI.


Ringkasan

  • Teknologi BCI terbaru berhasil menerjemahkan "suara batin" manusia dengan akurasi tertinggi sejauh ini.
  • Inovasi ini ditujukan untuk membantu orang yang 'kehilangan kemampuan bicara', bukan untuk mengintip isi pikiran sembarangan.
  • Peneliti menyiapkan mekanisme privasi unik, seperti kata sandi aktivasi Chitty Chitty Bang Bang”.


DALAM studi yang dipublikasikan di jurnal Cell, sebuah perangkat antarmuka otak-komputer (brain-computer interface/BCI) mampu "mendengar" suara batin empat partisipan dengan tingkat akurasi hingga 74 persen. 


Teknologi ini menjanjikan harapan baru bagi penderita stroke, ALS, atau kondisi neurologis lain yang membuat mereka sulit berbicara.


Sebelumnya, eksperimen BCI meminta pasien yang tidak bisa bicara untuk tetap mencoba menggerakkan mulut membentuk kata. Upaya ini menghasilkan sinyal otak yang bisa dibaca komputer, meskipun melelahkan dan kurang nyaman. 


Kini, tim peneliti yang dipimpin Erin Kunz dari Stanford University mencoba pendekatan berbeda, langsung menangkap suara batin seseorang. Jika berhasil, pengguna tak perlu lagi berusaha keras menggerakkan mulut.


Hasilnya cukup mengejutkan. Pola aktivitas otak saat seseorang mencoba berbicara ternyata mirip dengan saat ia hanya berpikir kata-kata tersebut, meski sinyal dari “suara dalam hati” lebih lemah. 


Dengan melatih sistem komputer pada kosakata hingga 125 ribu kata, perangkat bisa menerjemahkan kalimat yang hanya dipikirkan pengguna—meskipun masih ada tingkat kesalahan sekitar 26–54 persen.


Namun teknologi ini tentu memunculkan pertanyaan etis. Apakah pikiran pribadi bisa “terbaca” tanpa izin? 


Untuk mencegahnya, para peneliti menciptakan mekanisme aktivasi berupa kata sandi unik, “Chitty Chitty Bang Bang", yang hampir mustahil muncul dalam percakapan sehari-hari. 


Hanya setelah kata itu terdeteksi, perangkat mulai menerjemahkan pikiran.


Menariknya, sistem ini bahkan diuji dengan percobaan menghitung lingkaran di layar. Sesekali, perangkat mampu menangkap angka yang dipikirkan partisipan, meskipun tidak diminta. 


Hal ini menjadi sinyal peringatan betapa pentingnya regulasi dan batasan penggunaan teknologi seperti ini.


Selain membuka jalan bagi komunikasi bagi mereka yang kehilangan suara, penelitian ini juga memperlihatkan bahwa bahasa ternyata memainkan peran penting dalam cara kita berpikir. 


Seperti disampaikan Christian Herff, ahli saraf dari Maastricht University, temuan ini memberi wawasan baru tentang hubungan antara bahasa dan pikiran.


Namun, Erin Kunz menegaskan: penelitian ini masih tahap “bukti konsep”. Akurasi memang membaik, tetapi belum sempurna. “Kami belum mencapai batas tertinggi teknologi ini,” ujarnya. 


Artinya, masa depan BCI masih penuh kemungkinan—baik untuk membuka pintu komunikasi maupun memperdalam pemahaman kita tentang otak.


Disadur dari Smithsonian Magazine.


Post a Comment

أحدث أقدم