Ubi jalar ternyata punya “asal-usul hibrida” dari berbagai spesies liar, membuatnya jauh lebih kompleks daripada yang pernah diperkirakan para ilmuwan.
Ringkasan
- Ubi jalar memiliki enam set kromosom (hexaploidy), membuat sejarah genetiknya sulit dipetakan.
- Penelitian terbaru mengungkap adanya kontribusi genetik dari beberapa spesies liar, termasuk yang belum pernah dikenali.
- Temuan ini membuka jalan bagi penelitian pangan lain seperti pisang dan gandum, serta memperkuat peran ubi jalar dalam ketahanan pangan dunia.
UBI jalar selama ini dikenal sebagai makanan pokok sekaligus superfood kaya gizi, tapi siapa sangka umbi manis ini menyimpan rahasia genetik yang cukup rumit.
Riset yang dipimpin oleh Prof. Zhangjun Fei dari Boyce Thompson Institute (AS) dan dipublikasikan di Nature Plants akhirnya berhasil memetakan genom lengkap salah satu varietas ubi jalar bernama “Tanzania”.
Varietas ini terkenal tangguh dan banyak ditanam di Afrika.
Masalahnya, ubi jalar bukan tanaman biasa. Kalau manusia punya dua set kromosom, ubi jalar punya enam set kromosom (hexaploidy) dengan total 90 kromosom.
Inilah yang bikin para ilmuwan pusing selama puluhan tahun dalam menelusuri asal-usul genetiknya.
Dengan teknologi sekuensing DNA mutakhir, tim berhasil merakit ulang keenam kelompok haplotipe ubi jalar hingga bisa dipisahkan dengan jelas. Hasilnya? Mereka menemukan sesuatu yang lebih mengejutkan dari dugaan awal.
Genom varietas Tanzania menunjukkan bahwa ubi jalar merupakan hasil campuran dari berbagai spesies liar. Salah satunya, Ipomoea aequatoriensis dari Ekuador, ternyata menyumbang hampir sepertiga susunan genetik ubi jalar modern.
Tak berhenti di situ, peneliti juga menemukan kemiripan genetik dengan Ipomoea batatas 4x dari Amerika Tengah.
Namun, masih ada jejak genetik lain yang belum teridentifikasi, menandakan ada “donor gen” purba yang belum pernah dikenali.
Berbeda dengan gandum yang punya nenek moyang jelas pada bagian genom tertentu, warisan genetik ubi jalar saling bertautan dalam kromosom yang sama.
Inilah yang membuatnya dikategorikan sebagai segmental allopolyploid, atau hasil kawin silang kompleks dari berbagai spesies, tapi secara genetik tampak seperti berasal dari satu saja.
Kenapa temuan ini penting? Karena ubi jalar adalah salah satu tanaman yang bisa tumbuh di berbagai kondisi, dari tanah kering Afrika sampai lahan tropis Asia.
Dengan memahami sejarah genetiknya, para ilmuwan bisa mengembangkan varietas yang lebih tahan penyakit, lebih produktif, atau bahkan lebih bergizi.
Bahkan, metode yang digunakan dalam riset ini bisa diterapkan pada tanaman lain yang juga punya genom rumit, seperti pisang dan gandum, dua pangan utama dunia yang juga penting untuk ketahanan pangan global.
Menurut FAO, ubi jalar masuk 10 besar tanaman pangan dunia dan menjadi sumber karbohidrat utama bagi jutaan orang.
Selain kaya serat, ubi jalar juga mengandung beta-karoten (pro-vitamin A), vitamin C, dan antioksidan yang mendukung sistem imun (FAO, 2023).
Fakta ini semakin memperkuat alasan kenapa riset genetik ubi jalar punya dampak besar pada masa depan pangan dunia.
Disadur dari The Debrief.

إرسال تعليق