Dampak Tak Terduga Kopi terhadap Kualitas Darah

Secangkir kopi di pagi hari memang bikin melek, tapi ternyata bisa ada efek samping yang tak terduga, melemahkan kualitas darah yang didonorkan.


Secangkir kopi di pagi hari memang bikin melek, tapi ternyata bisa ada efek samping yang tak terduga, melemahkan kualitas darah yang didonorkan.Foto Ilustrasi: jcomp/Freepik


Ringkasan

  • Penelitian di AS menunjukkan kafein membuat sel darah merah lebih rapuh.
  • Darah donor dengan kafein menghasilkan peningkatan hemoglobin lebih kecil setelah transfusi.
  • Mengurangi konsumsi kopi sebelum donor bisa jadi langkah sederhana untuk menjaga kualitas darah.


SEBUAH studi menemukan bahwa kafein dapat menurunkan kualitas sel darah merah sehingga transfusi darah menjadi kurang efektif, terutama pada pasien yang paling membutuhkannya.


Kopi adalah minuman global. Lebih dari 2,25 miliar cangkir diminum setiap hari, dan sekitar 1 miliar orang di seluruh dunia mengandalkannya untuk memulai hari.


Selama ini, riset tentang kafein lebih banyak menyoroti manfaatnya, mulai dari meningkatkan fokus, memperbaiki mood, hingga melindungi dari beberapa penyakit degeneratif.


Namun, riset terbaru dari University of Colorado Anschutz Medical Campus membawa perspektif baru, kafein ternyata bisa menurunkan kualitas darah donor.


Profesor biokimia Angelo D’Alessandro, penulis utama studi ini, menjelaskan bahwa ini adalah penelitian skala besar pertama yang memperlihatkan pengaruh kafein terhadap biologi sel darah merah.


“Kebiasaan sesederhana minum kopi pagi-pagi ternyata bisa punya implikasi besar bagi kualitas darah yang disimpan dan efektivitas transfusi,” ujarnya.


Peneliti menganalisis data dari 13.091 pendonor darahdalam proyek REDS RBC-Omics di Amerika Serikat.


Mereka mengukur kadar kafein dalam darah yang disimpan, lalu meneliti efeknya terhadap metabolisme sel darah merah, kerapuhan sel (hemolisis), dan hasil transfusi.


Hasilnya, semakin tinggi kadar kafein, semakin rapuh sel darah merah tersebut. Mereka juga lebih cepat rusak akibat stres oksidatif dan menghasilkan peningkatan hemoglobin yang lebih kecil setelah ditransfusikan.


Sel darah merah unik karena tidak punya inti atau mitokondria. Mereka bergantung pada molekul energi seperti ATP dan 2,3-BPG untuk tetap hidup dan mengangkut oksigen.


Peneliti menemukan bahwa kafein menurunkan cadangan molekul penting ini, sehingga sel darah merah seperti “kehabisan baterai”.


Efeknya makin buruk pada orang dengan variasi genetik tertentu, khususnya pada jalur ADORA2b yang berfungsi membantu sel darah merah beradaptasi dengan kondisi rendah oksigen.


Pada donor dengan gen tersebut, ditambah kafein, sel darah merah jadi sangat rentan. Studi pada tikus juga mengonfirmasi mekanisme ini, kafein menghambat jalur adaptasi ADORA2b sekaligus menurunkan perlindungan antioksidan.


D’Alessandro menekankan pentingnya temuan ini untuk praktik donor darah.


Mengingat kafein punya waktu paruh biologis yang singkat, ia menyarankan agar donor mengurangi konsumsi kopi atau minuman berkafein sebelum mendonorkan darah.


Bahkan di beberapa negara Eropa, hal ini sudah masuk dalam panduan donor resmi.


Meski begitu, ada keterbatasan, hanya delapan sukarelawan yang diuji minum kopi secara langsung, data donor berasal dari sampel 10 tahun lalu, dan efek klinisnya terbilang moderat.


Namun, pada skala populasi, terutama bagi pasien risiko tinggi seperti bayi baru lahir atau pasien kritis, dampaknya bisa sangat signifikan.


Ke depan, riset ini membuka peluang untuk pendekatan presisi dalam transfusi darah, menyesuaikan donor dan penerima berdasarkan gaya hidup (misalnya kebiasaan minum kopi) serta faktor genetik.


Dengan cara ini, transfusi bisa jadi lebih aman dan efektif.


Disadur dari New Atlas.

Post a Comment

أحدث أقدم