Wajah Tampan Pengaruhi Keputusan Perempuan dalam Negosiasi Sosial

 Penelitian terbaru dari Cina menunjukkan, perempuan cenderung lebih menerima tawaran dari pria yang berwajah tampan, terutama jika pria juga menunjukkan ketertarikan sosial seperti berkata “aku suka kamu.” 


Penelitian terbaru dari Cina menunjukkan, perempuan cenderung lebih menerima tawaran dari pria yang berwajah tampan, terutama jika pria juga menunjukkan ketertarikan sosial seperti berkata “aku suka kamu.”Ilustrasi dibuat oleh AI.


Ringkasan

  • Perempuan lebih menerima tawaran dari pria tampan yang menunjukkan ketertarikan sosial.
  • Efek wajah lebih kuat dibanding suara dalam memengaruhi keputusan.
  • Tawaran tidak adil dari pria tampan justru dianggap lebih tidak masuk akal jika bertolak belakang dengan ekspresi sosial positif.


FENOMENA bahwa orang menarik secara fisik sering mendapat perlakuan lebih baik disebut “beauty premium.” Ini bukan cuma berlaku di dunia kerja, tapi juga dalam interaksi sosial sehari-hari. 


Orang yang menarik sering dianggap lebih cerdas, dapat dipercaya, dan menyenangkan, meski kenyataannya belum tentu begitu. Dampaknya bisa meluas ke urusan gaji, peluang promosi, hingga keputusan hukum.


Nah, peneliti Junchen Shang dan Yizhuo Zhang ingin tahu bagaimana kombinasi daya tarik fisik dan ekspresi sosial (seperti mengatakan “aku suka kamu”) memengaruhi keputusan perempuan.


Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Behavioral Sciences, mereka menggunakan dua jenis permainan negosiasi, yakni ultimatum game dan punishment dictator game.


Peneliti melibatkan 70 mahasiswi dari Southeast University, Cina. Mereka diminta bermain dua permainan yang melibatkan pembagian uang. 


Dalam permainan pertama, perempuan harus memutuskan apakah akan menerima pembagian uang dari pria fiktif. Dalam permainan kedua, mereka menilai seberapa adil tindakan pria yang membagi uang kepada orang lain, dan apakah perlu dihukum.


Pria-pria fiktif ini ditampilkan lewat foto wajah, klip suara, dan pernyataan sosial sederhana seperti “aku suka kamu” atau “aku tidak suka kamu.” 


Hasilnya menarik, perempuan lebih cenderung menerima tawaran dari pria dengan wajah atau suara menarik—terutama jika pria itu bersikap positif. 


Bahkan tawaran yang tidak adil pun lebih sering diterima jika datang dari pria yang menarik dan simpatik.


Namun ada sisi lain, jika pria tampan dan bersuara menarik berkata hal positif tapi justru memberi tawaran tak adil, mereka dianggap lebih buruk daripada pria biasa yang berkata tidak suka. 


Ketidaksesuaian antara kesan luar dan perilaku dianggap lebih mengecewakan, alias "tampang boleh, tapi jangan palsu."


Para peneliti menyimpulkan bahwa meskipun daya tarik wajah lebih memengaruhi keputusan ketimbang suara, efeknya bervariasi tergantung konteks permainan dan seberapa adil tawaran yang diberikan. 


Menariknya lagi, bias ini muncul bahkan ketika uang yang dipertaruhkan hanya sekitar 12 yuan (setara Rp27.000). Bayangkan dampaknya jika nominalnya lebih besar!


Penelitian ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh penampilan dalam keputusan sosial, bahkan dalam konteks yang seharusnya rasional seperti pembagian uang. 


Dalam dunia nyata, ini bisa jadi peringatan bahwa kita kerap tak sadar terbawa oleh faktor yang sebenarnya tidak relevan dengan isi tawaran—seperti wajah tampan atau ucapan manis.


Disadur dari PsyPost - Women favor men with attractive faces when making social bargaining decisions.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama