Keren Itu Bukan Gaya atau Uang, Hasil Penelitian Sebut 6 Sifat Ini

 Kalau kamu pikir jadi orang keren itu soal tampang keren, baju mahal, atau followers Instagram segudang, siap-siap terkejut. 


Kalau kamu pikir jadi orang keren itu soal tampang keren, baju mahal, atau followers Instagram segudang, siap-siap terkejut.Ilustrasi: Freepik 


Ringkasan

  • Ada enam sifat yang menunjukkan 'kekerenan' menurut hasil studi ilmiah di sejumlah negara. 
  • Penelitian ini melibatkan hampir 6.000 orang dari 13 negara dan menunjukkan bahwa definisi “keren” bersifat universal.
  •  Jadi “cool” tidak berarti harus sempurna atau baik hati, tapi punya daya tarik yang menantang norma sosial.


PENELITIAN terbaru yang dilakukan di sejumlah negara menyimpulkan bahwa 'kekerenan' sejati seseorang tidak ada hubungannya dengan penampilan atau kekayaan. 


Bayangkan seseorang yang menurutmu keren. Bisa jadi teman SMA yang santai banget, atau rekan kerja yang tenang tapi disegani. 


Nah, menurut studi internasional yang dimuat di Journal of Experimental Psychology: General, hampir semua orang di dunia punya gambaran serupa soal orang cool. 


Menariknya, kesamaan ini tidak dipengaruhi budaya, bahasa, bahkan tingkat ekonomi.


Enam sifat yang mendefinisikan coolness, menurut tim peneliti dari Universidad Adolfo Ibáñez (Chile) dan University of Arizona (AS), adalah:

  1. Ekstrovert – Mereka aktif, bersuara, dan enerjik.
  2. Hedonistik – Mereka tahu cara menikmati hidup.
  3. Berkuasa – Mereka punya pengaruh dan mampu memimpin.
  4. Petualang – Mereka berani mengambil risiko dan suka hal baru.
  5. Terbuka – Mereka menerima perbedaan dan ide-ide segar.
  6. Mandiri – Mereka berjalan di jalannya sendiri.


Kalau kamu merasa itu bertentangan dengan sifat “orang baik”, kamu tidak sendirian. Penelitian ini juga menemukan bahwa sifat cool sering kali tidak sepenuhnya "baik secara moral". 


Misalnya, seseorang bisa cool karena mandiri dan berani beda, tapi belum tentu dia tipe yang patuh aturan atau dermawan.


Yang lebih mengejutkan, pola ini konsisten di 13 negara—termasuk Turki, China, Chile, dan AS. Budaya boleh berbeda, tapi makna “keren” tetap sama. 


Bahkan antara generasi dan jenis kelamin pun tidak ada perbedaan signifikan. Anak muda di Johannesburg dan pensiunan di Berlin punya definisi “keren” yang mirip!


Dari sisi sejarah, istilah “cool” awalnya muncul dari budaya kulit hitam Amerika di era jazz 1940-an. Dulu, “cool” identik dengan ketenangan dan sikap melawan norma dengan elegan. 


Sekarang, menurut riset terbaru, coolness lebih cair. Tersenyum, ekspresif, dan terbuka justru bisa membuat seseorang semakin terlihat keren, terutama di budaya Barat modern.


Tren ini juga dipengaruhi globalisasi. Kata “cool” sudah jadi bahasa sehari-hari lintas negara. Meski muncul dari budaya Barat, maknanya kini diterima dan digunakan di seluruh dunia. 


Bahkan dalam bahasa seperti Mandarin atau Spanyol, kata “cool” tetap dipakai karena maknanya dirasa tepat.


Namun, jangan salah sangka. Walaupun banyak brand mencoba menjual coolness, kamu tak bisa membelinya. Kepercayaan diri, otentisitas, dan sikap yang tidak mudah ikut-ikutan adalah hal yang nggak bisa ditiru atau dibuat-buat.


Kenapa ini penting? Karena persepsi “cool” bisa memengaruhi banyak hal, status sosial, daya tarik, bahkan peluang karier. Orang keren sering jadi pemimpin informal, penggerak tren, atau sumber inspirasi. 


Dan yang paling menyenangkan, kamu tak perlu jadi seleb atau kaya raya buat jadi cool, cukup jadi diri sendiri, yang berani beda dan tak takut tampil apa adanya.


Disadur dari artikel berjudul Coolness Isn’t About Looks or Money. It’s About These Six Things, According to Science yang tayang di ZME Science.


Post a Comment

أحدث أقدم