Sebuah analisis besar-besaran mengungkap bahwa orang yang tidak dominan tangan kanan lebih sering ditemukan pada orang dengan gangguan mental atau neurodevelopmental.
Ringkasan:
- Orang dengan gangguan mental atau neurodevelopmental 1,5 kali lebih mungkin tidak dominan tangan kanan dibanding populasi umum.
- Hubungan ini paling kuat pada gangguan seperti skizofrenia, autisme, dan disabilitas intelektual.
- Gangguan yang muncul sejak usia dini atau melibatkan fungsi bahasa cenderung lebih erat kaitannya dengan pola handedness yang tidak biasa.
KEBANYAKAN dari kita adalah orang yang dominan tangan kanan. Tapi ada juga yang dominan kiri, atau bahkan tidak punya kecenderungan kuat ke salah satu tangan—disebut campuran.
Ini bukan sekadar kebiasaan, melainkan bagian dari cara otak kita berkembang dan bekerja.
Nah, karena beberapa gangguan mental juga melibatkan perubahan pada struktur dan fungsi otak, para ilmuwan tertarik untuk menyelidiki apakah preferensi tangan punya hubungan dengan kesehatan mental.
Julian Packheiser dan timnya melakukan second-order meta-analysis — semacam mega-ulasan ilmiah yang menggabungkan banyak analisis terdahulu — untuk menjawab pertanyaan ini.
Mereka menelaah 10 meta-analisis sebelumnya yang membahas hubungan antara handedness dan berbagai gangguan, dari ADHD dan autisme hingga PTSD dan disleksia.
Lebih dari 200 ribu data dianalisis
Tim peneliti memperbarui semua data tersebut dengan menambahkan 33 studi baru ke dalam 369 dataset yang sudah ada, hingga totalnya menjadi 402 dataset.
Jumlah itu mencakup lebih dari 202.000 individu dari berbagai belahan dunia. Data ini sangat beragam, mencakup usia, jenis kelamin, metode klasifikasi tangan dominan, dan lokasi penelitian.
Studi yang dimasukkan harus memenuhi standar ketat: harus ada grup klinis dan kontrol, data dominansi tangan harus jelas, dan tidak boleh memilih peserta berdasarkan tangan dominannya.
Semua data dianalisis ulang dengan metode statistik seragam.
Lebih umum di kalangan klinik
Hasilnya konsisten, orang dengan gangguan mental atau neurodevelopmental lebih mungkin menjadi kidal atau campuran dibanding orang tanpa gangguan tersebut.
Mereka sekitar 1,5 kali lebih berpeluang memiliki preferensi tangan yang tidak lazim.
Ketika dilihat lebih detail, campuran tangan (mixed-handedness) ternyata punya kaitan paling kuat, disusul dengan kidal. Tapi tidak semua gangguan menunjukkan tren yang sama.
Skizofrenia, spektrum autisme, dan disabilitas intelektual menunjukkan hubungan paling kuat.
Sementara itu, depresi dan disleksia matematika (dyscalculia) tidak menunjukkan perbedaan signifikan dibanding kelompok kontrol.
Peneliti juga menemukan bahwa gangguan yang tergolong neurodevelopmental (seperti ADHD, autisme, disleksia, dan stuttering) memiliki tingkat non-right-handedness yang lebih tinggi.
Gangguan yang terkait dengan masalah bahasa juga menunjukkan hubungan kuat dengan pola dominansi tangan yang tidak biasa—ini mendukung gagasan bahwa asimetri otak berperan dalam fungsi bahasa dan motorik.
Menariknya, bahkan di luar gangguan perkembangan, kondisi seperti skizofrenia dan PTSD—yang biasanya muncul lebih awal dalam hidup—juga menunjukkan tingkat kidal atau campuran yang lebih tinggi.
Ini memberi petunjuk bahwa perkembangan otak di usia dini mungkin menjadi faktor kunci dalam membentuk baik dominansi tangan maupun risiko gangguan mental.
Catatan penting dan batasan studi
Meskipun hasilnya menarik, studi ini hanya menggunakan kategori dominansi tangan (kanan, kiri, campuran), bukan skala kontinu yang bisa menunjukkan seberapa dominan seseorang terhadap salah satu tangan.
Ini bisa membuat beberapa temuan kurang sensitif atau nyaris tak terlihat.
Tapi secara keseluruhan, studi ini menunjukkan bahwa tangan mana yang kita gunakan bukan cuma soal kenyamanan—melainkan bisa mencerminkan cara kerja otak kita,
Hal tersebut, mungkin juga, berkaitan dengan kerentanan terhadap gangguan mental tertentu.
Sumber: PsyPost - Non-right-handedness is more common across multiple mental health conditions
Posting Komentar