Kenapa Neanderthal Punah dan Kita Masih Hidup? Jawabannya Mungkin Ada di Langit

Saat gonjang-ganjing alam, Homo Sapiens mampu bertahan, sementara Neanderthal tak beruntung.


Saat gonjang-ganjing alam, Homo Sapiens mampu bertahan, sementara Neanderthal tak beruntung.    Gambar ilustrasi dibuat oleh ChatGPT.Gambar ilustrasi dibuat oleh ChatGPT. 


Ringkasan:

  • Homo sapiens selamat dari badai radiasi 41.000 tahun lalu berkat pakaian jahitan, oker sebagai sunscreen, dan hidup dalam gua.
  • Neanderthal kalah bersaing karena kurang adaptasi terhadap radiasi dan lingkungan ekstrem.
  • Pelemahan medan magnet bumi masa kini bisa mengulang sejarah—dan kita harus siap dengan strategi bertahan hidup baru.


SEKITAR 41.000 tahun yang lalu, langit di atas Eropa mungkin tampak seperti pertunjukan cahaya raksasa. Tapi di balik keindahan aurora itu, bumi sedang mengalami kekacauan besar.


Medan magnet Bumi saat itu goyah, dan pelindung alami dari radiasi matahari nyaris runtuh.


Dalam studi terbaru yang dipimpin oleh peneliti dari University of Michigan, para ilmuwan mengajukan teori baru.


Menurut mereka, Homo sapiens bertahan hidup—bahkan berkembang—di tengah ancaman ini karena kemampuan adaptasi yang lebih unggul, sementara Neanderthal, sepupu dekat kita, tidak seberuntung itu.


Ketika Medan Magnet Bumi Melemah


Peristiwa ini disebut Laschamps excursion —sebuah gangguan geomagnetik di mana medan magnet bumi hanya sekuat 10 persen dari kekuatannya sekarang. 


Meskipun kutub magnet tak sepenuhnya berbalik, mereka bergeser liar, terutama di atas Eropa.


Akibatnya, radiasi matahari dan kosmik masuk lebih leluasa ke permukaan bumi. Bagi makhluk hidup, itu berarti paparan UV yang meningkat drastis, ancaman terhadap kulit, kesehatan, bahkan keberlangsungan spesies.


Si Ahli Bertahan Hidup


Berbekal teknologi pemodelan 3D dan bukti arkeologis, para peneliti mendapati bahwa Homo sapiens merespons ancaman ini dengan adaptasi cerdas:

  • Pakaian Jahit Sendiri:  Alat-alat seperti jarum dan alat pengerik menunjukkan bahwa manusia sudah membuat pakaian yang pas badan—penting untuk bertahan di dingin dan melindungi kulit dari radiasi UV.
  • "Tabir Surya" Prasejarah: Manusia mulai banyak menggunakan oker, pigmen alami berwarna merah atau kuning. Ternyata, oker punya sifat seperti sunscreen dan dipakai bukan cuma untuk ritual, tapi juga perlindungan kulit.
  • Berlindung di Gua: Data arkeologis menunjukkan lonjakan penggunaan gua pada masa itu. Gua jadi tempat aman dari radiasi, seperti bunker zaman batu.


Kalah Karena Kurang Adaptasi?


Neanderthal ada di Eropa lebih dulu, tapi tak banyak bukti bahwa mereka menggunakan alat jahit, oker, atau tinggal di gua dengan strategi yang sama. 


Tanpa perlindungan yang cukup dari cuaca dan radiasi, mereka punah—tepat setelah Laschamps terjadi.


“Salah satu perbedaan paling mencolok adalah inovasi teknologi,” kata antropolog Raven Garvey. 


“Kemampuan membuat pakaian, menggunakan sumber daya sekitar secara strategis, mungkin jadi kunci kelangsungan hidup Homo sapiens.”


Pelajaran untuk Masa Kini


Kini medan magnet bumi kembali melemah. Kutub utara magnetik perlahan bergeser. Para ilmuwan bertanya-tanya: kalau Laschamps terjadi lagi, apa kita siap?


Jawabannya bikin merinding. Satelit komunikasi bisa blackout. Jaringan listrik bisa kolaps. Paparan radiasi bisa naik drastis. Kita mungkin punya teknologi canggih, tapi rentan terhadap badai dari luar angkasa.


Bahkan untuk kehidupan di luar bumi, studi ini membuka cakrawala baru. 


“Banyak orang bilang planet tanpa medan magnet tak bisa menopang kehidupan,” kata Agnit Mukhopadhyay, peneliti utama studi ini. 


“Tapi nyatanya, kehidupan bertahan di masa lalu—dengan cara yang sangat berbeda.”


Maka, mungkin inilah pelajaran dari Neanderthal: ketika langit berubah, hanya yang cepat beradaptasi yang bertahan.***


Sumber: Disadur dari Earth.com - New theory explains why Neanderthals vanished and Homo sapiens are alive today


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama