Kata Siapa Bonobo, Lebih Penyayang dan Simpanse Kejam? Sama-sama Empatik, kok

Riset dari Durham University, Inggris, membantah stereotip lama tentang bonobo dan simapnse.


Gambar ilustrasi dibuat AI berdasarkan foto dari Zanna Clay/Lola ya Bonobo Sanctuary
Gambar ilustrasi dibuat AI berdasarkan foto dari Zanna Clay/Lola ya Bonobo Sanctuary


Ringkasan:

  • Bonobo dan simpanse sama-sama empatik, variasi perilaku lebih banyak di dalam spesies daripada antar spesies.
  • Anak muda lebih empatik, dengan simpanse jantan muda dan bonobo muda aktif menghibur teman.
  • Empati bukan cuma milik manusia, tapi warisan bersama primata yang sudah ada sejak jutaan tahun lalu.


SELAMA ini, bonobo sering dilabeli sebagai "kera penuh cinta" yang lembut dan empatik, sementara simpanse malah dicap sebagai "pemimpin diktator" yang doyan berantem. 


Tapi, riset baru dari Durham University, Inggris, justru membantah stereotip lama ini. Ternyata, tingkat empati di antara bonobo dan simpanse, ya mirip-mirip saja!


Penelitian ini dipimpin oleh Dr. Jake Brooker dan melibatkan 90 ekor kera penghuni suaka.


Rinciannya, sebanyak 40 bonobo dari Lola ya Bonobo di Republik Demokratik Kongo dan 50 simpanse dari Chimfunshi Wildlife Orphanage di Zambia. 


Dengan total 1.400 jam pengamatan, para peneliti fokus mengamati bagaimana reaksi kera-kera ini saat ada teman sekelompok yang mengalami momen stres alami — misalnya habis berantem.


Hasilnya mengejutkan. Baik bonobo maupun simpanse sama-sama sering menghibur temannya yang lagi stres. Variasi perilaku empati itu lebih banyak terjadi dalam spesies masing-masing, ketimbang di antara keduanya.


Misalnya, di kedua spesies, kera yang lebih muda lebih sering menghibur teman dibandingkan yang lebih tua. 


Pada bonobo, anak-anak muda lebih aktif dalam memberi dan menerima hiburan. Sedangkan pada simpanse, pejantan muda dan teman dekatlah yang paling sering menunjukkan sikap empatik.


Apa bentuk "menghibur" ini? Mirip banget dengan manusia: pelukan, saling menggenggam tangan, atau sekadar menyentuh dengan penuh perhatian.


Menurut Dr. Brooker, temuan ini menunjukkan bahwa label "bonobo si penyayang" dan "simpanse si kejam" sudah ketinggalan zaman. Yang lebih penting adalah melihat individu dan budaya sosial di dalam kelompok. 


Sama seperti manusia, respons empatik bonobo dan simpanse bisa berubah tergantung siapa yang sedang butuh dukungan, kondisi kelompok, bahkan suasana sosialnya.


Profesor Zanna Clay, rekan senior dalam studi ini, menambahkan bahwa perilaku menghibur ini mungkin sudah ada sejak nenek moyang bersama kita dengan bonobo dan simpanse, jutaan tahun lalu. 


Ini memperkuat teori bahwa empati bukan sekadar ciri manusia, tapi warisan bersama dari garis evolusi primata.


Ke depan, para peneliti ingin mengecek apakah pola yang sama juga terlihat di alam liar, bukan cuma di lingkungan suaka. Makin banyak data, makin kita bisa memahami perjalanan panjang evolusi perilaku sosial manusia.


Penelitian tersebut didukung oleh Templeton World Charity Foundation dan dipublikasikan di jurnal Evolution and Human Behavior.***


Sumber: EurekAlert - Empathic comforting varies more within bonobo and chimpanzee species than between them.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama