Masyarakat memang cenderung “panas” saat aturan baru diumumkan, tetapi begitu aturan benar-benar diterapkan, sebagian besar reaksi negatif justru mereda.
Ringkasan:
- Penolakan terhadap kebijakan baru paling kuat sebelum diterapkan, lalu melemah setelah berlaku.
- Fokus masyarakat awalnya pada kehilangan pribadi, tapi setelah aturan berjalan, perhatian beralih ke manfaat sosial.
- Komunikasi yang menekankan manfaat bersama sebelum aturan diberlakukan bisa mengurangi resistensi.
SETIAP kali muncul aturan baru—entah itu larangan merokok di tempat kerja, pajak daging merah, atau vaksin wajib—selalu ada yang merasa haknya diganggu.
Reaksi ini dikenal sebagai reactance, yakni dorongan psikologis untuk menolak ketika merasa kebebasan dibatasi.
Namun demikian, studi dari Technical University of Munich dan University of Vienna menemukan bahwa reaksi semacam ini biasanya cepat reda setelah aturan mulai berlaku.
Para pembuat kebijakan sering menahan diri karena khawatir akan reaksi keras dari publik. Misalnya saat sabuk pengaman diwajibkan atau rokok dilarang di ruang publik. Tapi, ternyata reaksi negatif itu tak bertahan lama.
Studi ini menunjukkan bahwa meskipun masyarakat awalnya ribut, lama-lama mereka bisa menerima perubahan—dan bahkan mungkin mendukungnya.
Peneliti melakukan tujuh studi berbeda. Mereka melihat reaksi masyarakat terhadap aturan di berbagai konteks: larangan merokok di tempat kerja di Eropa, aturan sabuk pengaman di AS, dan batas kecepatan di Belanda.
Mereka juga menguji reaksi terhadap wacana pajak alkohol, daging, hingga vaksinasi wajib di Inggris dan Jerman. Separuh peserta ditanya pendapat sebelum aturan berlaku, separuh lagi setelah aturan dianggap sudah berjalan.
Baik dalam survei nyata maupun eksperimen laboratorium, respons penolakan tertinggi terjadi sebelum aturan diberlakukan. Setelah aturan berlaku? Reaksinya jauh lebih kalem, bahkan dari mereka yang awalnya paling keras menolak.
Menurut Profesor Robert Böhm dari University of Vienna, saat mendengar ada aturan baru, orang langsung mikir soal kerugian pribadi—kehilangan kenyamanan, kebebasan, rutinitas.
Tapi setelah aturan benar-benar berjalan, fokus mereka bergeser ke dampak positif bagi masyarakat, seperti kesehatan publik atau perlindungan lingkungan.
Dalam salah satu eksperimen, peserta yang sejak awal diberi informasi tentang manfaat sosial dari aturan baru, cenderung lebih menerima kebijakan tersebut.
Artinya, kalau mau bikin aturan baru, jangan cuma mengumumkan peraturannya—jelaskan juga kenapa aturan itu penting bagi semua.
Penelitian ini menyarankan agar pembuat aturan tidak terlalu khawatir dengan penolakan awal dari publik. Yang penting, komunikasinya tepat dan berbasis empati. Aturan boleh ketat, tapi penyampaian harus cerdas.
Sumber: IFLScience - Outrage Is Short-Lived: People More Likely To Resist New Rules Before They Come Into Effect
Posting Komentar