Penggalian di Kom el-Nugus, yang dikenal sebagai peninggalan kota dan pemakaman Yunani dari masa penaklukan Aleksander, membawa kejutan besar.
Ringkasan:
- Di bawah reruntuhan kota Yunani kuno, arkeolog menemukan permukiman Mesir berusia 3.500 tahun dari era Kerajaan Baru.
- Amphora bertanda nama Meritaten dan alat pemroses anggur menunjukkan kota ini mungkin pusat produksi anggur bangsawan Mesir.
- Dengan jalan berpemandu air dan bangunan yang diperbarui cepat, kota ini bisa jadi barak musiman—jejak strategi Mesir kuno yang cerdas.
LOKASINYA seolah tak istimewa, namun siapa sangka, di bawah tanahnya yang sunyi, tersembunyi rahasia yang lebih tua, lebih megah, dan 'lebih Mesir'.
Dikelilingi kebun ara dan reruntuhan kota Yunani dari zaman Aleksander Agung, di pinggiran gurun Mesir, di antara Laut Tengah dan Danau Mariout, berdiri sebuah situs arkeologi bernama Kom el-Nugus.
Selama ini, Kom el-Nugus dikenal sebagai peninggalan kota dan pemakaman Yunani dari masa penaklukan Aleksander. Tapi penggalian yang dilakukan tim arkeolog membawa kejutan besar.
Tim yang dipimpin Sylvain Dhennin dari Universitas Lyon menemukan permukiman yang jauh lebih tua—sebuah kota dari era Kerajaan Baru Mesir yang telah terkubur selama 3.500 tahun.
Kerajaan Baru ini bukan masa sembarangan. Inilah zaman keemasan Mesir kuno, era para raja legendaris seperti Tutankhamun, Seti I, dan Rameses II.
Kota ini kemungkinan ditimpa secara harfiah oleh pemukiman Yunani sekitar tahun 332 SM, saat Mesir menyambut pasukan Aleksander untuk membebaskan mereka dari penjajahan Persia.
Bentuk bukit berbentuk tapal kuda di tengah Kom el-Nugus, yang dulu membingungkan pengunjung, kini mulai masuk akal. Di dalamnya ditemukan sisa-sisa bangunan Hellenistik yang diyakini merupakan kuil.
Meski hanya tinggal fondasi rapuh dari batu kapur calcarenite, ukurannya dan beberapa tulisan kuno menunjukkan fungsi sakral bangunan ini.
Jejak Anggur, Sang Putri, dan Matahari
Salah satu artefak paling mencolok adalah amphora bertanda nama "Meritaten", putri sulung pasangan kontroversial Akhenaten dan Nefertiti.
Amphora ini berasal dari Dinasti ke-18 (1550–1292 SM), masa puncak Kerajaan Baru.Amphora sendiri adalah wadah penyimpanan anggur.
Penemuan ini, ditambah dengan alat penghancur anggur yang juga ditemukan, menunjukkan bahwa kota ini punya hubungan erat dengan produksi minuman fermentasi favorit bangsawan Mesir.
Dan jika amphora ini benar berasal dari Meritaten, artinya kita bicara soal kebun anggur milik keluarga kerajaan.
Nama Meritaten berarti "yang dicintai Aten," merujuk pada dewa matahari yang dipuja Akhenaten dalam upayanya menghapus semua dewa lain dan mengubah Mesir menjadi negara monoteis.
Usaha ini begitu dibenci hingga setelah kematiannya, rakyat Mesir berusaha menghapus jejaknya dari sejarah. Ironisnya, putranya, Tutankhamun, kemudian mengembalikan semua dewa yang sempat "dipecat."
Kota Musiman, Jalan Canggih, dan Matahari Berkepala Elang
Sisa-sisa kota ini terbuat dari batu bata lumpur, dengan dua baris bangunan mengapit jalan yang mengarah ke selatan.
Jalan ini ternyata punya sistem drainase untuk menghindari kelembapan berlebih—semacam "smart road" zaman firaun yang membuat bangunan tidak ambruk.
Ada juga bongkahan batu dari kuil peninggalan Rameses II, termasuk ukiran Ra-Horakhty, dewa matahari berkepala elang yang melambangkan matahari siang hari—mata kanannya adalah matahari, mata kirinya adalah bulan.
Penemuan ini menegaskan pentingnya kota ini secara religius maupun politik.
Tak ketinggalan, ada potongan prasasti berisi nama Seti II, lima mangkuk keramik mini, serta reruntuhan kapel dari Dinasti ke-19 dan 20, masa yang dikenal sebagai periode Ramesside.
Namun ada satu hal yang membuat para arkeolog mengernyit: bangunan-bangunan ini mengalami pembaruan dalam waktu cepat, seolah digunakan secara musiman atau sementara—mirip dengan barak militer.
Harta Karun yang Tak Berkilau, tapi Tetap Berharga
Memang, ini bukan penemuan spektakuler seperti makam Tutankhamun yang disegel rapat dan penuh emas.
Tapi potongan-potongan sejarah yang muncul dari pasir Kom el-Nugus justru menawarkan sesuatu yang lebih bernilai: pemahaman baru tentang dinamika Mesir kuno, jauh sebelum sejarah ditulis oleh para penakluk Yunani.
Penggalian masih akan terus berlangsung dalam beberapa bulan ke depan. Setiap fragmen batu, setiap amphora retak, adalah bisikan masa lalu yang menunggu untuk disuarakan kembali.***
Sumber: Disadur dari Popular Mechanics - "Archaeologists Dug Under an Ancient Greek City—and Found a 3,500-Year-Old Egyptian Settlement"
Posting Komentar