Ketakutan Justru Bikin Kita Lebih Mudah Jatuh

Penelitian terbaru mengungkap fakta mengejutkan: rasa takut jatuh pada lansia justru bisa meningkatkan risiko jatuh hingga 60%. 


Penelitian terbaru mengungkap fakta mengejutkan: rasa takut jatuh pada lansia justru bisa meningkatkan risiko jatuh hingga 60%.     Foto Ilustrasi: FreepikFoto Ilustrasi: Freepik


Ringkasan:

  • Rasa khawatir berlebih bisa meningkatkan risiko jatuh hingga 60%, menurut studi internasional.
  • Bahkan jika kondisi tubuh baik-baik saja, rasa takut tetap bisa membuat jatuh jadi lebih mungkin terjadi.
  • Percakapan bisa jadi langkah awal untuk menjaga para lansia tetap aman dan mandiri.


KETAKUTAN tidak hanya mencerminkan kelemahan fisik, tetapi juga merupakan faktor psikologis independen yang mempengaruhi risiko jatuh di masa depan. 


Ketika kita membicarakan jatuh pada lansia, biasanya perhatian tertuju pada faktor-faktor fisik seperti keseimbangan tubuh, kekuatan otot, atau kondisi lantai yang licin. 


Namun, studi internasional yang dilakukan oleh para peneliti dari Australia, Inggris, Jerman, dan Kanada justru menyodorkan perspektif baru: rasa takut itu sendiri adalah faktor risiko.


“Ketakutan untuk jatuh sangat umum pada lansia, dan memengaruhi hampir satu dari dua orang di usia 86 tahun,” jelas Profesor Kim Delbaere, penulis senior studi ini dari Falls, Balance and Injury Research Center di Neuroscience Research Australia (NeuRA). 


Ia menambahkan bahwa rasa takut ini sering dikaitkan dengan kualitas hidup yang menurun, hasil rehabilitasi yang buruk, dan peningkatan risiko menjadi rentan, cacat, atau masuk panti jompo.


Studi dan Temuan Utama


Dalam riset ini, para ilmuwan melakukan tinjauan sistematis dan meta-analisis terhadap 53 studi yang melibatkan lebih dari 75.000 peserta berusia 60 tahun ke atas. 


Studi-studi ini dilakukan di berbagai tempat, mulai dari hunian mandiri hingga institusi perawatan. 


Para peserta dinilai tingkat kekhawatirannya terhadap risiko jatuh menggunakan alat ukur seperti Falls Efficacy Scale-International (FES-I) dan versi pendeknya, Short FES-I, serta pertanyaan langsung seperti “Apakah Anda takut jatuh?”


Hasilnya mencengangkan:

  • Setiap peningkatan satu poin dalam skor FES-I dikaitkan dengan peningkatan risiko jatuh sebesar 3%.
  • Dalam Short FES-I, setiap peningkatan satu poin berarti peningkatan risiko hingga 8%.
  • Mereka yang menyatakan “sangat khawatir” terhadap jatuh memiliki risiko jatuh 60% lebih tinggi dibanding mereka yang tidak khawatir.


Menariknya, kepercayaan terhadap kemampuan menjaga keseimbangan tubuh (balance confidence) tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap kejadian jatuh di masa depan.


Ketakutan Sebagai Sebab dan Akibat


Salah satu temuan paling penting adalah bahwa ketakutan jatuh tidak hanya muncul karena pengalaman jatuh sebelumnya, tetapi juga dapat menjadi penyebab jatuh di masa mendatang. 


Bahkan setelah memperhitungkan faktor-faktor fisik seperti usia, riwayat jatuh, dan gangguan keseimbangan, rasa takut tetap menjadi prediktor independen.


“Artinya, kekhawatiran terhadap jatuh bukan sekadar cerminan dari kondisi fisik yang melemah, tapi faktor psikologis yang punya pengaruh nyata,” jelas Delbaere.


Keterbatasan dan Harapan


Seperti banyak riset skala besar lainnya, studi ini juga memiliki keterbatasan. Variasi dalam metode, kriteria inklusi, dan cara mengukur kejadian jatuh membuat hasilnya sedikit bervariasi antar studi. 


Selain itu, peserta dengan gangguan kognitif atau neurologis berat dikecualikan, yang membatasi cakupan generalisasi temuan ini.


Meski demikian, para peneliti menilai bahwa riset ini menutup celah pengetahuan yang sebelumnya belum tergali. Temuan ini punya potensi besar untuk diterapkan dalam praktik klinis.


Mulai Dari Obrolan Sederhana


Salah satu kunci pencegahan jatuh, menurut para peneliti, adalah memulai percakapan. Banyak lansia menyimpan rasa takut jatuh tanpa mengungkapkannya, padahal perasaan itu nyata dan berdampak.


“Dengan rutin menanyakan soal kekhawatiran terhadap jatuh, tenaga kesehatan, keluarga, dan pendamping bisa membantu lansia mengambil tindakan dini,” kata Delbaere. 


“Tindakan pencegahan yang tepat bisa membantu mereka tetap aktif, mandiri, dan percaya diri.”


Studi ini membuka cakrawala baru dalam penanganan jatuh pada lansia. Alih-alih hanya fokus pada tubuh, kita juga harus memperhatikan pikiran. Rasa takut, yang tampaknya sepele, bisa jadi salah satu musuh terbesar dalam menjaga langkah mereka tetap mantap.***


Sumber: Disadur dari New Atlas, "A fear of falling increases the risk of it happening by up to 60%." 


Post a Comment

أحدث أقدم