Cornucopia dan Nautilus. Bukan nama makhluk mitologi atau kapal selam, tapi dua desain urinal terbaru yang mungkin akan menyelamatkan dunia dari cipratan urine. Serius.

Ringkasan:
- Desain urinal baru Cornucopia dan Nautilus bisa mengurangi cipratan urine hingga 98,6%, memanfaatkan prinsip sudut cairan dan bentuk spiral.
- Inspirasi desain berasal dari anjing dan bentuk cangkang nautilus, menunjukkan bahwa sains bisa belajar dari alam.
- Implementasi massal bisa menghemat 10 juta liter air per hari, mengurangi bau, bakteri, dan biaya kebersihan toilet umum.
MESKI urinal bukanlah penemuan baru—bentuk awalnya sudah ada sejak sekitar tahun 1000 M di biara-biara Sri Lanka—desain dasarnya nyaris tidak berubah selama lebih dari satu abad.
Bahkan, bentuk urinal modern sangat mirip dengan karya seni dadais Marcel Duchamp, La Fontaine, yang terkenal pada 1917. Tapi satu hal belum juga diselesaikan: masalah cipratan balik.
Menurut studi tahun 2019, ada sekitar 56 juta urinal di Amerika Serikat, dan tiap harinya mereka bisa menyebabkan tumpahan urine hingga 1 juta liter di lantai toilet umum.
Meskipun urine relatif steril, cipratannya bisa menjadi sarang bakteri dan sumber bau amonia yang menyengat. Ini berarti urinal memerlukan pembersihan ekstra, yang menguras tenaga, waktu, uang, dan air bersih.
Namun kini, dua desain revolusioner buatan tim internasional dari University of Waterloo, Kanada —yang dinamai Cornucopia dan Nautilus— berhasil memanfaatkan prinsip fisika fluida untuk mengurangi cipratan hingga 98,6% dibanding desain urinal biasa.
Penelitian ini dipublikasikan pada 8 April di jurnal PNAS Nexus.
“Proyek ini adalah alat pembelajaran terbaik—masalah sehari-hari yang mencakup mekanika fluida, desain industri, seni, sampai faktor manusia,” kata Zhao Pan, profesor teknik mesin dan mekatronika serta penulis utama studi.
Belajar dari Anjing dan Kerang Laut
Inspirasi desain urinal baru ini ternyata datang dari... anjing. Ya, anjing yang kencing ke pohon secara alami memilih sudut yang minim cipratan.
Dari sana, para peneliti menyelidiki masalah matematis yang disebut kurva isogonal —sudut datang cairan ke permukaan yang menghasilkan alur spiral, mirip cangkang nautilus.
Mereka lalu menguji pancaran air berwarna ke lima jenis urinal: satu desain standar Amerika Utara, model La Fontaine, dan tiga desain baru. Setelah mengelap lantai di sekitar tiap urinal dengan tisu, mereka menimbang berat tisu sebagai indikator jumlah cipratan.
Hasilnya? Urinal dengan sudut serang ≤30 derajat hampir tidak menghasilkan cipratan sama sekali. Dua desain baru itu hanya menghasilkan 1,4% cipratan dibanding urinal standar.
Cornucopia dirancang untuk pengguna berdiri, sementara Nautilus ramah bagi pengguna kursi roda.
Hemat Air, Uang, dan Jaga Martabat
Penggunaan desain ini secara massal diyakini bisa menghemat:
- 1 juta liter tumpahan urine per hari,
- dan hingga 10 juta liter air bersih yang biasanya dipakai untuk membersihkan cipratan.
Tak hanya efisien dan higienis, desain ini juga meningkatkan aksesibilitas serta mengurangi kebutuhan akan bahan pembersih kimia.
Efek jangka panjangnya? Toilet umum yang lebih ramah lingkungan, murah perawatan, dan lebih manusiawi—tanpa harus menghadapi risiko terkena “serangan balik” saat buang air kecil.
“Idenya muncul, ya… dari tempat yang kamu pikirkan,” ujar Pan. “Kalau kamu seharian meneliti perilaku cairan, kamu pasti mulai penasaran dengan hal-hal sepele yang dialami tiap hari.”***
Sumber: Disadur dari artikel berjudul “‘No-splash’ urinal design could prevent 1 million liters of urine spillage daily” yang dilansir Popular Science.
إرسال تعليق