Keberadaan ‘Kacang Merah’ Jadi Bukti Mars Dulunya Mungkin Layak Huni

Formasi yang tampak seperti kacang merah berukuran jumbo mungkin merupakan indikator Mars layak huni di masa lalu.


Formasi yang tampak seperti kacang merah berukuran jumbo mungkin merupakan indikator Mars layak huni di masa lalu.    Foto: NASA/JPL-Caltech/University of ArizonaFoto: NASA/JPL-Caltech/University of Arizona


Ringkasan: 

  • Ilmuwan menemukan gundukan pasir yang membeku di Mars.
  • Formasi ini dapat menjadi indikator bahwa Mars pernah mendukung kehidupan di masa lalu.
  • Pasir di Mars bergerak seperti di Bumi, dipengaruhi angin dan suhu.
  • Ilmuwan menganalisis gundukan pasir untuk memahami perubahan suhu dan kelembaban di Mars.


ngarahNyaho - Kamera HiRISE (High-Resolution Imaging Science Experiment) di Mars Reconnaissance Orbiter (MRO) milik NASA menangkap gambar dengan bentuk seperti kaca “kacang merah”.


Namun tentu saja, itu bukanlah kacang merah. Nyatanya adalah bukit pasir yang membeku di tempatnya oleh embun beku karbon dioksida. 


Bukit pasir di Mars berperilaku seperti yang ada di Bumi. Formula itu bermigrasi saat angin meniup pasir dari satu sisi ke sisi lain, perlahan-lahan merayap di permukaan. 


Embun beku yang menempel di atasnya selama musim dingin Mars di belahan bumi utara mencegahnya bergerak hingga mencair.


Dengan mengambil gambar bukit pasir, para ilmuwan dapat mengetahui berapa banyak embun beku CO2 yang terbentuk di bukit pasir selama musim dingin Mars. 


Ketika suhu menghangat di musim semi, embun beku menyublim, berubah dari padat menjadi gas tanpa fase cair dan menghilang ke atmosfer.


Jumlah embun beku bergantung pada kemiringan Mars pada porosnya. Seberapa jauh kemiringannya ke arah atau menjauhi matahari memengaruhi suhu di belahan bumi utara dan selatannya selama waktu-waktu tertentu dalam setahun. 


Untuk saat ini, Planet Merah hanya sedikit lebih miring daripada Bumi. Kemiringan planet kita diperkirakan sebagian besar tetap stabil karena efek gravitasi bulan kita.


Namun, bulan Mars, Phobos dan Deimos, tidak cukup besar untuk mengerahkan gaya gravitasi yang cukup kuat untuk menstabilkan kemiringannya. 


Melalui simulasi, para ilmuwan telah menemukan bahwa kemiringan Mars dapat berubah secara signifikan dari waktu ke waktu—dapat berubah dari hampir tidak ada kemiringan sama sekali menjadi kemiringan lebih dari 80 derajat. 


Simulasi ini dapat membantu memperkirakan seberapa jauh Mars miring pada titik waktu tertentu. Kemiringan rendah berarti daerah kutub tetap dingin, sementara kemiringan tinggi akan meningkatkan seberapa langsung kutub utara atau selatan menghadap matahari.


Jadi, bagaimana kemiringan dapat menentukan potensi kelayakhunian? 


Belahan bumi yang paling miring ke arah matahari akan mengalami musim panas yang panjang, di mana karbon dioksida dan es menyublim dan tetap berada di atmosfer. CO2 dan uap air keduanya merupakan gas rumah kaca. 


Setiap kali planet ini lebih hangat, atmosfernya lebih tebal, memerangkap panas dan meningkatkan tekanan permukaan, yang memungkinkan air di permukaan tetap dalam bentuk cair, bukan es. 


Jika Mars pernah memiliki suatu bentuk kehidupan, kemungkinan besar ia bertahan hidup selama era yang lebih hangat ini.


Mars mungkin lebih mirip Bumi miliaran tahun yang lalu. Mars pernah memiliki atmosfer tebal, seperti planet kita, yang memungkinkan air cair mengalir di permukaan. 


Tidak seperti Bumi, ukurannya yang lebih kecil berarti inti besi yang lebih kecil yang mencegahnya menghasilkan medan magnet yang cukup kuat untuk mempertahankan atmosfer itu. 


Planet Merah yang disinari matahari sekarang menjadi lingkungan yang terlalu tidak bersahabat untuk menopang kehidupan (setidaknya kehidupan seperti yang kita ketahui).


Jika kita terus mengamati perubahan pada es di Mars, seperti bukit pasir beku yang tampak mencurigakan dan dapat dimakan, mungkin hal itu akhirnya akan mengungkap apakah kehidupan pernah berkembang di sana. |Sumber: Popular Mechanics


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama