Memahami Emosi Kucing dari Kibasan Ekornya

Dalam beberapa situasi, kucing tampak secara spontan menggerakkan ekornya. Ahli perilaku yakin, salah satu cara komunikasi kucing dengan gerakan ekornya. 


Dalam beberapa situasi, kucing tampak secara spontan menggerakkan ekornya. Ahli perilaku yakin, salah satu cara komunikasi kucing dengan gerakan ekornya.     (Gambar ilustrasi dibuat oleh AI/Pikaso/Freepik)
(Gambar ilustrasi dibuat oleh AI/Pikaso/Freepik) 


ngarahNyaho - Kamu mungkin pernah melihat kucing menggerakkan ekornya dengan berbagai cara, mulai dari bergetar dalam posisi tegak, hingga bergoyang dari satu sisi ke sisi lain, hingga ditekan dekat ke tanah. 


Selain menggunakan ekornya untuk menjaga keseimbangan dan mengendalikan gerakannya, apakah ekor kucing mengungkapkan sesuatu tentang keadaan pikirannya? Dan apa arti gerakan ekor tersebut?


Dikutip dari Live Science, para ahli perilaku kucing sepakat bahwa kucing menggunakan ekornya sebagai bagian dari sistem bahasa tubuh yang lebih luas untuk mengomunikasikan berbagai macam emosi. 


Kucing mengandalkan mata, telinga, tubuh, dan ekornya untuk mengekspresikan rasa takut, marah, gembira, puas, dan ingin tahu, menurut penelitian yang diterbitkan dalam Irish Veterinary Journal.


Ekor kucing sangat fleksibel, berkat anatominya yang unik. Ekornya terdiri dari 18 hingga 23 tulang kecil, yang dikenal sebagai vertebra kaudal, yang saling terkait seperti rantai, yang memungkinkan ekornya bergerak ke berbagai arah. 


Ketika seekor kucing mengalami emosi, otaknya mengirimkan sinyal ke otot-otot di ekor melalui saraf pudendal, atau saraf yang menghubungkan otot-otot ekor ke sistem saraf pusat. 


"Komunikasi ini terjadi hampir seketika, yang memungkinkan kucing menggerakkan ekornya dengan kecepatan dan ketepatan kilat," kata Reda Mohamed dari Washington State University kepada Live Science.


Ekor yang mengarah ke atas menandakan pendekatan yang ramah dan sosial, kata Mikel Delgado, seorang ahli perilaku hewan di Universitas Purdue di Indiana, Amerika Serikat.


Namun, ekor yang mengarah ke atas tidak universal.


Memang kucing liar menunjukkan banyak perilaku sosial yang sama dengan kucing domestik, namun mereka tidak menggunakan sinyal "ekor ke atas" yang biasa terlihat pada kucing domestik selama interaksi yang bersahabat. 


Ini menunjukkan bahwa sinyal "ekor ke atas" kemungkinan berkembang selama proses domestikasi. Demikian menurut studi doktoral tentang komunikasi pada kucing peliharaan dan kucing liar.


Ekor yang bergetar sering kali menunjukkan kegembiraan, kata Delgado.


Sementara itu, "ekor yang mengembang sering kali merupakan respons terhadap ancaman — seperti melihat kucing di luar ruangan — dan diasumsikan sebagai upaya defensif untuk membuat diri mereka tampak lebih besar," jelas Delgado. 


Reaksi ini mirip dengan apa yang dialami manusia saat mereka merinding sebagai respons terhadap rasa takut. 


Manusia memiliki otot-otot kecil yang disebut arrector pili di pangkal folikel rambut kita, dan saat kita takut, otot-otot ini berkontraksi, menyebabkan rambut kita berdiri tegak. 


Demikian pula, kucing memiliki otot yang sama di pangkal ekornya, dan saat mereka merasa terancam, otot-otot ini menyebabkan ekor mereka mengembang, membuat mereka tampak lebih besar dan lebih menakutkan.


"Ekor yang diturunkan ('ekor ke bawah') umumnya dikaitkan dengan rasa takut, karena kucing mencoba membuat dirinya lebih kecil atau melindungi dirinya sendiri," kata Delgado.


Kucing yang ketakutan juga dapat menyembunyikan ekornya di bawah atau melilit tubuhnya, menurut panduan tentang emosi kucing yang diterbitkan pada tahun 2021. 


Dan jika kucing menepuk-nepukkan ekornya ke tanah atau menggerakkannya dengan cepat dari satu sisi ke sisi lain atau ke atas dan ke bawah, itu mungkin merupakan tanda bahwa mereka sedang merasa marah.


Menafsirkan keadaan emosional kucing dari ekornya mungkin tampak sederhana, tetapi konteksnya juga penting.


"Penting untuk diingat bahwa Anda tidak dapat mengetahui perasaan kucing hanya dengan melihat satu bagian tubuhnya," kata Delgado. "Anda harus selalu mempertimbangkan seluruh tubuh kucing serta apa yang terjadi di lingkungannya."


Selain itu, kucing dapat berkomunikasi dengan ekornya dengan cara yang berbeda tergantung pada apakah mereka berinteraksi dengan manusia atau kucing lain.


Misalnya, sebuah studi tahun 2021 dalam jurnal Animals menemukan bahwa ketika kucing berinteraksi satu sama lain, mereka biasanya menundukkan ekornya dan lebih mengandalkan telinganya untuk mengekspresikan perasaan mereka. 


Telinga yang tegak menandakan keramahan, sedangkan telinga yang datar menandakan permusuhan. 


Sementara itu, saat mendekati manusia, kucing sering kali mengangkat ekornya, terutama sebelum menggosokkan tubuhnya ke kaki mereka, demikian pengamatan para peneliti. |


Sumber: Live Science


Post a Comment

أحدث أقدم