Para peneliti di Singapura berhasil mengendus rahasia genetik di balik aroma tajam durian, buah yang dicintai sekaligus dibenci jutaan orang Asia.
Ringkasan
- Gen penyebab bau durian disebut methionine γ-lyase (MGL), aktif hanya di daging buah, bukan di batang atau daun.
- Durian memiliki empat salinan gen penghasil sulfur, menjadikannya “super efisien” dalam menciptakan aroma tajam.
- Secara evolusioner, durian masih satu nenek moyang dengan kakao, namun berevolusi 65 juta tahun lalu untuk jadi “raja buah beraroma ekstrem.”
DALAM studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Genetics, tim peneliti mengungkap bahwa durian memiliki gen khusus yang mengaktifkan produksi senyawa sulfur penyebab bau khasnya.
Lebih menarik lagi, hasil studi ilmuwan dari tim dari National Cancer Centre Singapore dan Duke-NUS Medical School itu menyebutkan, durian memiliki empat kali lipat versi gen “bau” dibanding kerabat dekatnya, kakao.
Tak ada buah yang menimbulkan reaksi emosional sekuat durian. Bagi sebagian orang, aromanya seperti “kotoran yang dicampur terpentin dan bawang,” kata penulis kuliner Richard Sterling.
Tapi bagi penggemarnya, buah ini adalah neraka di luar, surga di dalam.
Durian bahkan dilarang di hotel dan transportasi umum di Singapura dan Malaysia, tapi juga menjadi komoditas bernilai tinggi. Cina saja mengimpor lebih dari USD 600 juta durian setiap tahun.
Para peneliti memetakan DNA dari varietas populer Musang King, dan hasilnya mengejutkan. Durian memiliki sekitar 46.000 gen, hampir dua kali lipat manusia.
Lebih mengejutkan lagi, tanaman ini ternyata berbagi leluhur evolusioner dengan kakao, bahan dasar cokelat. Namun sekitar 65 juta tahun lalu, durian mengalami peristiwa yang disebut genome duplication, yaitu penggandaan total DNA leluhurnya.
Menurut Patrick Tan, peneliti utama dari Duke-NUS, fenomena ini seperti “mengkloning diri sendiri, satu versi tetap mengerjakan fungsi dasar, versi lain bebas bereksperimen dan berevolusi.”
Eksperimen alami inilah yang memunculkan kulit berduri, aroma tajam, dan daya tarik unik pada buah durian.
Tim peneliti menemukan bahwa gen yang mengatur aroma itu hanya aktif di pulp (daging buah).
Gen ini termasuk dalam kelompok methionine γ-lyase (MGL) yang memproduksi volatile sulfur compounds, senyawa belerang yang dikenal sangat berbau.
“Gen ini tidak aktif di batang atau daun, hanya di buah yang matang. Itu petunjuk penting mengapa durian begitu menyengat,” jelas Dr. Bin Tean Teh, salah satu penulis studi.
Bila dibandingkan, kakao hanya punya satu gen MGL. Tapi durian? Empat. Artinya, secara genetik, durian dioptimalkan untuk menghasilkan aroma sekuat mungkin.
Dan bukan tanpa alasan, para ilmuwan menduga bau ini berevolusi untuk menarik primata seperti orangutan dan manusia agar memakan buahnya dan menyebarkan biji.
Penelitian di tahun 2012 mencatat bahwa aroma khas durian berasal dari lebih dari 50 senyawa kimia, termasuk empat yang belum dikenal sains saat itu.
Kombinasi dua senyawa utama, satu beraroma buah, satu menyerupai bawang mentah, menciptakan harmoni “busuk lezat” yang tak tertandingi.
Dengan pengetahuan genomik ini, para ilmuwan kini bisa membayangkan kemungkinan “durian tanpa bau.” Dr. Teh menyebut, “Secara teori, kita bisa menonaktifkan gen MGL.”
Namun, tak semua orang antusias. Bagi banyak pencinta durian, aroma busuknya justru bagian dari kenikmatan.
Disadur dari Smithsonian Magazine.

Posting Komentar