Cara Sederhana Peneliti Swiss Bikin Tomat Cepat Berbuah

Dengan memperbaiki “salah ketik” kecil dalam DNA, tanaman tomat bisa berbuah lebih cepat dan tetap tumbuh kompak.


Dengan memperbaiki “salah ketik” kecil dalam DNA, tanaman tomat bisa berbuah lebih cepat dan tetap tumbuh kompak.Foto Ilustrasi: Suvan Chowdhury/Pexels


Ringkasan

  • Peneliti Swiss memperbaiki gen SSP2 yang rusak pada tomat, sehingga tanaman lebih cepat berbuah.
  • Hasilnya, panen lebih awal dengan tanaman tetap kompak, meski ada sedikit penurunan kadar gula.
  • Temuan ini bisa membantu petani di wilayah musim pendek atau pertanian dalam ruangan.


TIM dari University of Lausanne yang dipimpin Sebastian Soyk menemukan bahwa gen bernama SSP2 punya peran penting dalam menentukan kapan tomat mulai berbunga dan berbuah.


Pada varietas tomat yang sudah lama didomestikasi, ada “kesalahan huruf” dalam gen ini, yang membuat proses pembungaan jadi lebih lambat.


Dengan memperbaikinya melalui teknik genome editing, tanaman bisa beralih ke fase berbuah lebih cepat tanpa menjadi terlalu besar.


Menurut Soyk, ini contoh bagaimana memperbaiki mutasi kecil bisa secara prediktif meningkatkan performa tanaman. Artinya, kita bisa mengontrol waktu panen dengan lebih akurat hanya lewat perubahan kecil di tingkat DNA.


Dalam uji coba, tomat dengan gen SSP2 yang diperbaiki:

  • Lebih cepat menghasilkan buah matang merah, sekitar 8% lebih banyak dibanding varietas kontrol.
  • Tumbuh lebih kompak dengan jumlah bunga per tandan lebih sedikit.
  • Namun, kadar gula (diukur dengan Brix) turun sekitar 11%.


Bagi petani, ini berarti ada trade-off, buah bisa lebih cepat dipanen, tapi rasa manis sedikit berkurang.


Meski begitu, keuntungan panen lebih awal bisa sangat berharga, terutama di wilayah dengan musim singkat, lintang tinggi, atau pada sistem pertanian dalam ruangan (greenhouse farming).


Temuan ini juga menyoroti biaya domestikasi tanaman.


Selama berabad-abad, manusia memilih sifat-sifat yang diinginkan (buah besar, pertumbuhan terkendali), tetapi tanpa sadar juga mewariskan “kesalahan genetik” yang justru mengurangi performa.


Dengan teknologi pengeditan gen seperti base editing, para ilmuwan bisa memperbaiki kesalahan itu tanpa harus mengubah sifat unggul lainnya.


Namun, kebijakan juga ikut berperan. Swiss sendiri masih memperpanjang moratorium penanaman tanaman transgenik hingga 2030.


Perdebatan muncul, apakah perubahan kecil pada DNA yang bisa saja terjadi alami perlu diperlakukan sama dengan GMO yang memasukkan DNA asing?


Meski penelitian ini tidak menambah jumlah total buah, manfaat utamanya ada pada penjadwalan panen. Bayangkan petani bisa mengatur agar tomat mereka matang lebih awal, menyesuaikan dengan permintaan pasar atau siklus harga.


Dengan penggabungan perbaikan gen SSP2 dan gen lain yang mengatur kadar gula, bukan mustahil di masa depan kita bisa mendapatkan tomat yang cepat matang sekaligus tetap manis.


Temuan ini, yang diterbitkan di Nature Genetics (2025), menegaskan bahwa inovasi kecil di tingkat DNA bisa membawa dampak besar di meja makan kita.


Disadur dari Earth.com.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama