Para ilmuwan dari UCLA memperkenalkan sistem kecerdasan buatan (AI) baru yang mampu menghasilkan gambar hanya dengan menggunakan cahaya laser dan perangkat optik.
Ringkasan
- AI optik ini menghasilkan gambar hampir seketika dengan energi hanya beberapa millijoule.
- Prosesnya menggunakan laser dan pola optik, bukan ribuan iterasi komputasi digital.
- Potensi aplikasinya luas: dari seni, komunikasi aman, hingga perangkat medis.
BERBEDA dengan AI generatif konvensional yang haus energi karena bergantung pada GPU, teknologi ini hanya membutuhkan energi sangat kecil — jutaan kali lebih hemat daripada model digital saat ini.
Temuan ini dipublikasikan di jurnal Nature dan berpotensi merevolusi cara kita membuat gambar digital di masa depan.
Generative AI selama ini punya “rahasia kotor”, yakni boros energi. Contohnya, OpenAI melaporkan model gambarnya menghasilkan 700 juta gambar hanya dalam seminggu dengan konsumsi energi yang sangat besar.
Proses AI generatif tradisional bekerja dengan menambahkan lalu menghapus “static digital” secara bertahap, hingga gambar baru muncul. Metode ini cerdas, tetapi lambat dan boros daya.
Tim UCLA yang dipimpin Aydogan Ozcan berhasil mengubah proses ini menjadi teknik optik.
Caranya, sebuah encoder digital membuat pola fase (semacam cetak biru matematis). Pola ini dimasukkan ke spatial light modulator (layar kristal cair khusus).
Saat cahaya laser melewati modul tersebut, ia membawa pola menuju diffractive decoder, gambar pun langsung muncul di sensor. Semua ini terjadi tanpa ribuan perhitungan digital, hanya lewat permainan cahaya.
Dalam uji coba, sistem ini berhasil menghasilkan gambar angka tulisan tangan, wajah manusia, kupu-kupu, bahkan lukisan ala Vincent van Gogh. Memang hasilnya belum sempurna, tetapi secara statistik mirip dengan keluaran model digital.
Shiqi Chen, penulis utama studi ini, mengatakan kepada Phys.org bahwa teknologi ini bisa menjadi alternatif hemat energi yang dapat diskalakan.
Profesor Alexander Lvovsky dari University of Oxford bahkan menyebut ini sebagai contoh pertama jaringan saraf optik yang benar-benar menghasilkan output bernilai praktis, bukan sekadar eksperimen laboratorium.
Keunggulan lain dari sistem ini adalah aspek keamanan. Karena setiap gambar disandikan dalam pola optik unik, hanya decoder yang cocok yang bisa merekonstruksi gambar akhir.
Mekanisme “kunci-fisik” ini bisa bermanfaat untuk komunikasi aman atau pencegahan pemalsuan.
Selain itu, para peneliti membayangkan teknologi ini kelak bisa diperkecil menjadi chip fotonik terintegrasi, menggantikan laser besar dan perangkat optik dengan permukaan nanofabrikasi.
Jika berhasil, AI berbasis cahaya ini bisa ditanam dalam kacamata pintar, headset VR, hingga perangkat medis pencitraan.
Di balik inovasi ini, ada isu besar, keberlanjutan. Pertumbuhan pesat AI generatif menimbulkan kekhawatiran konsumsi energi global.
Studi pada 2023 bahkan memperkirakan pelatihan model besar dapat menghasilkan emisi karbon setara ribuan penerbangan internasional.
Dengan memangkas kebutuhan komputasi iteratif, AI optik bisa membuat generasi konten jauh lebih ramah lingkungan.
Tentu saja, tantangan tetap ada. Perangkat optik bisa rumit, sensitif terhadap pergeseran, dan terbatas resolusi. Namun, riset UCLA membuktikan bahwa AI tak harus identik dengan server panas dan listrik berlimpah, bisa juga berupa tarian foton yang efisien.
Disadur dari ZME Science.

Posting Komentar