Para ilmuwan Jerman menemukan bahwa darah muda memang bisa “menghidupkan kembali” kulit yang menua, tapi rahasianya bukan sekadar pada darahnya.
Ringkasan
- Darah muda sendiri tidak cukup; efek anti-aging muncul jika ada sel sumsum tulang.
- Penelitian menemukan 55 protein terkait usia, tujuh di antaranya efektif melawan penuaan kulit.
- Potensi aplikasi ke depan mencakup perawatan kulit topikal, injeksi, hingga terapi personal.
STUDI terbaru menunjukkan bahwa protein yang dilepaskan sel sumsum tulang, setelah dipicu oleh darah muda, mampu memperbaiki tanda-tanda penuaan kulit dalam model laboratorium.
Dulu, kisah vampir yang meminum darah muda untuk abadi hanya dianggap mitos, dari legenda Dracula, kisah Countess Elizabeth Báthory di abad ke-16, hingga teori konspirasi QAnon.
Namun, penelitian dari Beiersdorf AG, perusahaan skincare dari Jerman, menunjukkan bahwa ide tersebut punya pijakan biologis: darah muda, dengan bantuan sumsum tulang, dapat memicu produksi protein yang membalikkan tanda penuaan kulit.
Penelitian ini terinspirasi dari eksperimen pada tikus, di mana hewan tua menjadi lebih bugar setelah berbagi sirkulasi darah dengan tikus muda. Bedanya, kali ini peneliti memakai teknologi organ-on-a-chip.
Mereka menggunakan dua mini organ 3D buatan, yakni model kulit manusia penuh lapisan dan model sumsum tulang berisi sel punca pembentuk darah.
Serum darah dari orang muda (di bawah 30 tahun) dan tua (di atas 60 tahun) dimasukkan ke sistem ini untuk melihat efeknya.
Hasilnya mengejutkan:
- Tanpa sumsum tulang, darah muda tidak memberi dampak berarti pada kulit.
- Dengan sumsum tulang, kulit menunjukkan regenerasi: pembelahan sel meningkat, usia biologis menurun, dan fungsi mitokondria membaik.
Menggunakan analisis proteomik, tim mengidentifikasi 55 protein terkait penuaan yang disekresikan sumsum tulang setelah terpapar darah muda.
Tujuh di antaranya diuji langsung pada fibroblas (pembentuk jaringan ikat) dan keratinosit (sel utama lapisan kulit luar) tua, dan hasilnya:
- Produksi kolagen naik
- Kesehatan mitokondria membaik
- Sel lebih mudah berubah menjadi sel mirip lemak, tanda fleksibilitas regeneratif
Meski begitu, ada catatan penting, penelitian hanya berlangsung 3–5 minggu, sehingga efek jangka panjang belum jelas.
Model kulit yang digunakan juga tidak dipercepat penuaannya dengan obat atau paparan khusus, dan sumsum tulang memerlukan faktor pertumbuhan tambahan agar tetap hidup di laboratorium.
Temuan ini baru tahap awal, namun membuka jalan bagi kelas bahan anti-aging baru, protein dari sumsum tulang muda.
Ke depannya, terapi personal berbasis sumsum tulang seseorang sendiri (atau hasil rekayasa yang “dimudakan”) bisa saja menjadi perawatan untuk mengembalikan fungsi jaringan yang menua.
Disadur dari New Atlas.

Posting Komentar