Tambang Emas dari Sampah Elektronik, Untung dan Ramah Lingkungan

 Para peneliti menemukan cara inovatif dan ramah lingkungan untuk 'menambang' emas dari sampah elektronik alias e-waste. 


Para peneliti menemukan cara inovatif dan ramah lingkungan untuk 'menambang' emas dari sampah elektronik alias e-waste.Ilustrasi: Freepik


Ringkasan

  • Sampah elektronik bisa mengandung emas dalam jumlah yang lebih tinggi dibanding bijih emas alami.
  • Teknologi pemisahan logam baru menggunakan bahan ramah lingkungan dan lebih efisien.
  • Proses ini berpotensi mengurangi ketergantungan pada penambangan emas konvensional yang merusak lingkungan.


JIKA kamu pernah buang ponsel lama atau laptop rusak, tahu nggak sih bahwa kamu juga mungkin membuang emas? 


Yup, perangkat elektronik modern menyimpan sejumlah kecil logam mulia seperti emas, perak, dan tembaga di dalam sirkuitnya. Ternyata, jumlah emas dari limbah elektronik bisa lebih kaya dibanding tambang emas konvensional!


Para ilmuwan dari Australia dan Tiongkok, seperti dilaporkan oleh Tech Xplore, telah mengembangkan metode inovatif untuk mengekstraksi emas dari e-waste dengan cara yang jauh lebih ramah lingkungan. 


Mereka menggunakan zat berbasis air yang dikenal sebagai “deep eutectic solvents” (DES), yang secara ajaib bisa memisahkan emas dari komponen lainnya hanya dalam waktu 20 menit.


Berbeda dari metode tradisional yang pakai sianida atau merkuri, zat beracun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan, metode DES ini diklaim aman, mudah terurai, dan bisa digunakan kembali. 


Dalam uji laboratorium, proses ini berhasil mengekstraksi hampir 90% emas dari papan sirkuit bekas ponsel pintar, bahkan saat kadar emasnya sangat rendah.


Yang lebih mengejutkan lagi, kandungan emas dalam e-waste bisa mencapai 100 kali lebih tinggi daripada bijih emas alami. 


Sebagai perbandingan, tambang emas tradisional mungkin hanya mengandung sekitar 1–2 gram emas per ton tanah, sementara limbah elektronik bisa mengandung hingga 300 gram per ton!


Selain emas, limbah elektronik juga menyimpan logam berharga lain seperti palladium, platinum, dan tembaga—semuanya bisa didaur ulang dan digunakan kembali untuk produksi barang-barang elektronik baru. 


Dengan pertumbuhan e-waste global yang diprediksi mencapai 75 juta ton pada 2030 menurut Global E-waste Monitor, cara seperti ini menjadi sangat penting untuk masa depan planet kita.


Teknologi ini tidak cuma menguntungkan secara ekonomi, tapi juga bisa mengurangi tekanan terhadap pertambangan alam yang selama ini menjadi sumber deforestasi, pencemaran air, dan konflik sosial di berbagai belahan dunia.


Peneliti berharap bahwa dengan skala industri, teknologi ini bisa membantu menciptakan ekonomi sirkular, di mana limbah justru menjadi sumber daya baru. 


Dan mungkin, di masa depan, tambang emas terbaik bukan lagi di perut bumi, tapi di laci-laci berisi gadget rusak di rumahmu.


Sumber: Tech Xplore - Gold from e-waste opens a rich vein for miners and the environment


Post a Comment

أحدث أقدم