Pekerjaan-Pekerjaan Ini Bisa Picu Risiko Diabetes Tipe 2, Kata Studi

 Beberapa jenis pekerjaan ternyata bisa meningkatkan risiko diabetes tipe-2, menurut hasil studi di Swedia yang diterbitkan di Occupational & Environmental Medicine.


Beberapa jenis pekerjaan ternyata bisa meningkatkan risiko diabetes tipe-2, menurut hasil studi di Swedia yang diterbitkan di Occupational & Environmental Medicine.Ilustrasi dibuat oleh AI


Ringkasan

  • Interaksi sosial yang intens di tempat kerja dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2 hingga 47%, terutama jika didukung dengan rendahnya dukungan sosial di tempat kerja.
  • Tingkat stres tertinggi ditemukan pada pekerjaan dengan tuntutan emosional tinggi seperti perawat, pekerja sosial, guru, dan petugas layanan pelanggan.
  • Kurangnya dukungan dari atasan atau rekan kerja bisa memperparah dampak stres, mempercepat kerusakan metabolik tubuh.


DALAM studi besar yang melibatkan hampir 3 juta orang dewasa usia kerja di Swedia, para peneliti menemukan bahwa individu yang bekerja di bidang-bidang dengan intensitas interaksi sosial tinggi berisiko lebih besar mengembangkan diabetes tipe 2. 


Ini termasuk pekerjaan seperti perawat, guru, staf layanan pelanggan, hingga petugas transportasi dan keamanan.


Tiga aspek interaksi yang dianalisis adalah:

  • Kontak umum dengan orang lain
  • Tuntutan emosional tinggi, misalnya menghadapi pasien sakit parah atau pelanggan yang frustrasi
  • Konfrontasi langsung, seperti menghadapi keluhan atau amarah


Hasilnya? Di antara pria, tuntutan emosional tinggi meningkatkan risiko diabetes sebesar 20%, sementara konfrontasi langsung menambah 15%. Di antara wanita, angkanya bahkan lebih tinggi: 24% dan 20%. 


Risiko meningkat drastis jika para pekerja ini juga merasa kurang didukung oleh rekan atau atasan mereka—hingga 47% pada wanita.


Peneliti menekankan bahwa banyak pekerja di sektor pelayanan seringkali harus "menjaga wajah" atau menekan emosi pribadi demi memenuhi ekspektasi sosial dan profesional. 


Ketika emosi yang ditampilkan tidak sesuai dengan yang dirasakan, itu menciptakan disonansi emosional, kondisi yang melelahkan dan bisa memicu stres kronis.


Stres ini, menurut ahli, berdampak pada sistem neuroendokrin, memicu produksi kortisol berlebih (hormon stres), menurunkan sensitivitas insulin, dan akhirnya bisa membuka jalan bagi diabetes tipe 2.


Fenomena ini juga sangat relevan di Indonesia. Banyak pekerja di sektor pelayanan, termasuk tenaga kesehatan , guru, hingga pekerja sosial, menghadapi tekanan emosional yang luar biasa, terutama pascapandemi. 


Salah satu solusi yang bisa dipertimbangkan adalah memperkuat dukungan psikososial, memperbaiki sistem manajemen emosi dalam pelatihan kerja, serta memberikan ruang untuk istirahat mental yang cukup.


Studi ini menjadi pengingat bahwa beban pekerjaan bukan hanya soal fisik atau target, tapi juga beban emosional. Bila dibiarkan, stres yang menumpuk bisa merusak kesehatan metabolik dan berdampak panjang. 


Jadi, jika kamu bekerja di sektor yang menuntut banyak interaksi sosial, penting untuk menjaga keseimbangan emosi dan mencari dukungan sosial yang cukup—karena itu bukan hanya soal "perasaan", tapi juga kesehatan.


Sumber: Scimex - The stress of working with people linked to type 2 diabetes


Post a Comment

أحدث أقدم