Ilmuwan Ungkap Rahasia Sosial Semut dan Tikus Tanpa Bulu

 Pembagian kerja dalam koloni semut pemotong daun (leafcutter ant) dan tikus tanah tanpa bulu ternyata diatur oleh molekul-molekul kecil yang sudah bertahan sejak ratusan juta tahun lalu. 


Neuropeptida sederhana dapat memprogram ulang perilaku semut, mengatur ulang peran dalam tenaga kerja paling disiplin di alam. (Foto: Tierney Scarpa)Neuropeptida sederhana dapat memprogram ulang perilaku semut, mengatur ulang peran dalam tenaga kerja paling disiplin di alam. (Foto: Tierney Scarpa)


Ringkasan

  • Pembagian kerja pada semut dan tikus tanah tanpa bulu diatur oleh molekul sinyal seperti neuropeptida.
  • Jalur molekuler yang sama digunakan lintas spesies, bahkan antara serangga dan mamalia.
  • Penemuan ini berpotensi membuka penelitian baru soal perilaku sosial manusia, insulin, dan bahkan panjang umur.


DI DUNIA semut Atta cephalotes, setiap anggota koloni punya peran masing-masing berdasarkan ukuran tubuh dan bentuk rahang. 


Ada semut Major yang jadi penjaga, Media sebagai pemotong daun, Minor yang mengasuh, hingga Minima yang membersihkan jamur dan merawat bayi. 


Nah, para ilmuwan menemukan bahwa dua molekul utama, CCAP dan NPA, bisa memicu atau menekan perilaku tertentu. Misalnya, menaikkan CCAP bikin semut lebih rajin motong daun, sementara NPA yang tinggi justru mencegah mereka mengasuh larva.


Yang lebih keren lagi, saat para peneliti mengamati tikus tanah tanpa bulu, mamalia sosial yang hidup dalam koloni mirip semut, mereka menemukan pola ekspresi gen yang hampir sama. 


Ini menunjukkan bahwa hewan dari dua dunia yang sangat berbeda ternyata menggunakan "sistem sosial molekuler" yang mirip. Jadi walaupun tikus tak punya molekul NPA yang sama, sistem reseptornya bisa "mengenali" sinyal serupa.


Untuk membuktikan ini, para peneliti menggunakan ruang perilaku cetak 3D dan analisis video guna mengamati bagaimana perubahan kadar molekul mengubah tugas semut. 


Mereka juga menemukan bahwa molekul-molekul ini berinteraksi dengan jalur insulin dalam tubuh—yang biasanya dikenal sebagai pengatur gula darah. 


Artinya, bisa jadi insulin juga punya peran tersembunyi dalam mengatur perilaku sosial, seperti mengasuh atau berbagi tugas.


Lebih jauh lagi, para ilmuwan tertarik menggali kaitan antara jalur molekuler ini dengan plastisitas umur hidup. 


Misalnya, ratu semut bisa hidup jauh lebih lama dari para pekerjanya. Apakah perbedaan umur itu juga diatur oleh sinyal yang sama dengan perilaku?


Peneliti Shelley Berger menyebut bahwa epigenetika, cara gen dinyalakan atau dimatikan tanpa mengubah DNA, bisa jadi kunci untuk memahami bukan cuma perubahan perilaku, tapi juga panjang umur. 


Timnya kini ingin tahu apakah perilaku yang sudah “diprogram ulang” bisa bertahan lama, dan apakah jalur ini juga berlaku pada manusia.


Jadi, dari semut mungil sampai tikus gundul bawah tanah, ternyata banyak yang bisa kita pelajari tentang masyarakat, kerja tim, bahkan kesehatan manusia—semua berawal dari molekul kecil yang sudah ada sejak zaman purba.


Sumber: EurekAlert - What can tiny molecules in ants and naked mole-rats tell us about societal roles?


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama